Lihat ke Halaman Asli

Ang Tek Khun

TERVERIFIKASI

Content Strategist

Kisah dari Jogja UMKM Bersama BRI Bertransformasi Terus Tumbuh dan Semakin Tangguh

Diperbarui: 22 Desember 2022   00:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok BRI

Di rentang panjang semenjak zaman bedil sundut (1895) hingga era kekinian, Bank Rakyat Indonesia (BRI) bukan saja tak lekang oleh waktu. HUT127BRI menandai transformasi tiada henti, tumbuh dan tangguh, mewujud bank terbesar di Indonesia. Bersisian, menggamit UMKM dari panggung Pesta Rakyat Simpedes hingga BRILiaN Fest, melalui laku BRIPahlawanFinansial melahirkan para BRILianpreneur Indonesia.

LANGKAH saya terhenti, berserobok seorang perempuan yang menyapa dan menawarkan sesuatu. Pendar sepasang matanya menyiratkan adanya senyum ramah dari balik masker yang dikenakannya.

Perempuan yang kemudian saya kenal bernama Mulat Jatiningrum ini, menyodorkan bungkusan plastik yang terbuka. Di dalamnya, terbungkus dalam plastik-plastik kecil, sesuatu yang tampak sebagai keripik.

"Ini apa?" tanya saya, dan terkesiap saat tahu benda yang saya pegang adalah keripik ikan Lele. Kami pun bercakap panjang di depan gerai tempat ia berpameran. Mal yang saya kunjungi itu sedang mengadakan event bertajuk "Pasar Oleh-Oleh" yang berlangsung hingga Januari 2023.

Kisah dari Jogja: Transformasi UMKM Lele

Percakapan saya dengan Nanang Irawan, suami Mulat Jatiningrum, dalam hitungan hari kemudian, melengkapi kisah ini. Semuanya bermula dari Sidoarjo, Jawa Timur. Pasangan suami istri ini bekerja di perusahaan berbeda di kawasan industri di sana. Jika Nanang banyak berkecimpung di urusan produk, maka sang istri menggeluti dunia pemasaran.

Namun, di tengah kesibukan kerja, ada panggilan untuk kembali ke Yogyakarta. Mereka bergulat dengan pertimbangan keluarga. Lalu, pada lima tahun yang lalu, tekad itu bulat. Di Jogja mereka menempati rumah almarhum orangtua beserta tambak.

Mereka mulai beternak Lele sebagai mata pencarian. Namun upaya ini tidak bertahan lama, sebab masa panen Lele terlalu lama (tiga bulan). Modal yang cekak menjadi kendala utama.

Berbekal pelatihan semasa di Sidoarjo, Nanang mulai mengolah daging Lele. Ikan Lele yang telah dibersihkan, diberi bumbu, kemudian dikemas sebagai produk beku (frozen). Mula-mula ditawarkan dan dititipkan di kawasan Kabupaten Bantul (DIY), sebelum kemudian meluas hingga kota Yogyakarta.

LESIGOR, Lele Siap Goreng (Foto: Istimewa)

Tantangan naik level tiba saat produk diberi nama LESIGOR (Lele Siap Goreng) ini harus mengajukan perizinan ke BPOM. Mereka harus "membangun" ruang produksi untuk ditinjau kelayakannya. Tak kuat di biaya, mereka putar otak hingga bertekad mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) ke BRI.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline