Cerita fabel telah dikisahkan turun-temurun dan dinikmati oleh banyak anak di Indonesia. Umumnya berkisah tentang kecerdikan sang Kancil--untuk tidak menyebutnya sebagai kenakalan dan tipu daya hewan bertubuh langsing ini.
Cerita fabel ini tentu saja terinspirasi.dari kisah-kisah tipikal itu. Nanun, ditaruh di abad Kompasianer (). Jangan membacanya bila Anda enggak punya stok rasa humor--secuil pun.
Bagi yang ingin meneruskan membaca kisah ini, alangkah baiknya menyediakan kopi terdahulu untuk diseruput dan kudapan seadanya untuk dikunyah agar tidak mati gaya.
Alkisah di sebuah hutan yang tak jauh kampung halaman Wonder Woman, hiduplah sejumlah binatang secara damai dan sejahtera. Para binatang ini menjalani kehidupan dalam kerukunan sesuai dengan habitatnya masing-masing.
Jika remang pagi mulai datang dan Diana Prince di hutan sebelah mulai bangun untuk latihan, ayam-ayam jantan ribut keluar rumah untuk latihan vokal. "Kukuruyukkk!" "Kokoroyokkk" "Kok kok keroyok!"Mereka berlomba nyaring, sebab audisi acara TV "Animals Idol" Season 7 akan segera dimulai.
Anak-anak Beruang, tak kalah gesit, sibuk berlatih mencari madu. Sementara itu, anak-anak Bebek bangun pagi dengan rajin untuk latihan joget. Sebab, jogetan mereka paling ciamik. Setiap kali tayang, viewer akun TokTik mereka selalu viral dan jadi trending.
Semua binatang punya kesibukannya masing-masing. Sesuai kodrat dan talenta yang diberikan pada mereka. Namun demikian, di hutan Mijone itu, ada binatang sangat rendah diri karena ia tidak memiliki bakat apa pun untuk dikontribusikan. Dia yang sengsara itu adalah si Kancil.
Tiap-tiap hari, si Kancil hanya bisa bersedih. Jika malam tiba, karena tak ada kerjaan, ia kerap menggantikan Pungguk untuk termenung merindukan bulan. Pada pagi hari, akan ia menghabiskan waktu dengan kegiatan tak jelas atau tidur berkepanjangan.
Sejak berdirinya Komisi Nasional Hak Animal (Komnas HAM) di hutan Mijone, hidup Kancil jadi sepi sebab ia tak lagi bisa menista para binatang seperti di hutan Amajon.
Begitu juga, saat Kepada Hutan membuat Komisi Pemberantasan Kebinatangan (KPK), semua hewan di-orang-kan (dalam bahasa Jawa: di-wongke). Kancil pun tak lagi bisa mengembangkan bakat nipu-nipunya.
Cerita tentang keputusasaan Kancil untuk bermartabat di hutan itu, sampai juga di telinga Gajah. Binatang yang dikenal sangat tulus ini, turut prihatin dan sangat ingin membantu dengan memberikan solusi.