Apa makna kembali belajar bagi seorang anak bila dalam kesehariannya ia sudah merasa libur tiada henti. Atau, apa pula arti kembali belajar buat seorang anak manakala dalam kesehariannya ia telah berada dalam suasana--dalam makna positif--tidak pernah libur?
Mari kita perbincangkan.
Saya selalu suka dengan kategorisasi ini. Setidaknya buat diri saya atau perbincangan pribadi saya dengan orang lain. Saya gunakan di sini untuk meletakkan latar yang ada di benak saya terkait topik yang kita percakapkan ini. Bahwa pendidikan atau pembelajaran akan lebih mudah kita pahami melalui tiga ranah ini.
Pertama, apa yang disebut sebagai Pendidikan Formal. Ini jenis pembelajaran yang kita dapatkan melalui lembaga pendidikan resmi. Belajar secara resmi, mengikuti kurikulum, ditempuh dalam kurun waktu tertentu. Berlangsung dalam jenjang-jenjang yang kita pahami selama ini.
Kita tahu, Sekolah Dasar (SD) berlangsung selama enam tahun. Sekolah Menengah Pertama (SMP), akan sepanjang tiga tahun. Babak terakhir, Sekolah Menengah Atas (SMA) tidak kurang dari tiga tahun. Urutannya pun tak bisa dinegosiasikan: SD-SMP-SMA. Lalu, datanglah tahapan di atasnya: S1, S2, dan S3.
Kedua, Pendidikan Nonformal. Inilah pendidikan atau pembelajaran yang diselenggarakan oleh lembaga atau perorangan. Lebih dinamai dengan pilihan kata atau diksi kursus. Biasanya berlangsung singkat, dalam "skala kecil"--menyasar satu keahlian khusus yang ingin kita kita kuasai kompetensinya.
Apa yang dipelajari anak bila mengambil pembelajaran nonformal ini? Bisa sejurus atau selaras dengan Pendidikan Formal yang sedang ditempuhnya. Fungsinya, untuk memperkuatnya. Jadi lebih piawai atau setidaknya tidak tertinggal wawasan. Ini semisal les tambahan untuk penguasaan akan mata pelajaran tertentu.
Namun, ada yang lebih luas. Bahkan, kini semakin luas. Bersifat pengembangan bakat atau minat anak pada hal tertentu. Sebut saja les piano atau biola yang kerap difasilitasikan, didorong-dorong orangtua kepada anak. Pada zaman dulu, termasuk yang keren adalah kursus komputer!
Bagi individu yang lebih dewasa, minat untuk belajar secara nonformal kian berkembang. Kemajuan zaman, ikut memberdayakan hal ini. Kursus memasak misalnya, marak mengikuti tren acara-acara olah menu di TV atau event tertentu. Atau ini, seni suara, oleh vokal. Juga mengikuti tren lomba-lomba yang kian bergengsi.
Bagi yang serius, kompetensi-kompetensi dasar ini kian diasah. Apalagi di masa pandemi ini, melalui streaming, kian beragam dan banyak ditawarkan. Berseliweran di ads media sosial, baik Instagram maupun Facebook. Juga media lain, termasuk serbuan via email.
Di era kemajuan teknologi, hal-hal yang bisa dipelajari, kian marak. Belajar coding misalnya. Atau, belajar copywriting dan SEO. Demikian pula tawaran belajar mengolah visual dalam rangka mempercantik feed di Instagram. Ada yang audiovisual, belajar menjadi video editor. Bahkan kelas belajar untuk ber-Podcast.