Lihat ke Halaman Asli

Ang Tek Khun

TERVERIFIKASI

Content Strategist

Kurma, Burasa, Sokko Tumbu, Gogos, dan Gus Dur

Diperbarui: 27 April 2020   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi artikel "Kurma, Burasa, Sokko Tumbu, Gogos, dan Gus Dur" (PIXABAY/Mirza-Waqar-Ahmad)

Selepas duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan berpindah pulau untuk meneruskan pendidikan, tidak ada bulan yang menerbitkan rindu yang teramat dalam akan kampung halaman selain tibanya bulan puasa.

Selalu ada denyut kehidupan yang berbeda, sebagai penanda Ramadan segera dan sedang tiba. Ada gairah berbeda dan perubahan dinamis komposisi barang jualan di toko ayah.

Barang-barang kebutuhan pokok, dijaga keutuhannya. Item jualan tertentu, mendapat perhatian lebih. Biskuit, sirup, dan minuman dalam kemasan botol, untuk menyebut beberapa yang paling menonjol, tampak semringah di hari-hari itu.

Namun, ada yang paling tidak lazim dari hari-hari di bulan-bulan sebelumnya. Datang kiriman kurma dalam satuan besar. Mengkreasi aktivitas lain yang istimewa dalam rentang setahun yang berlangsung.

Kurma

Saya ikut di dalamnya. Kami antusias, dalam kegembiraan, menyendok dan menimbang kurma. Dalam plastik lebih kecil, dalam ukuran timbangan berbeda. Dalam kegembiraan itulah, jemari ini sesekali nakal. Membawa butir kurma ke arah lain. Yup, ke mulut dan mengunyahnya sebagai pengalaman yang jarang.

Memasuki bulan Ramadan, jam bermain kami di luar rumah dan keramaian jalanan, berubah. Pekik suara anak-anak dan tawa orang-orang muda mekar pada saat jelang dan akhir jam taraweh. Sesekali, sudah ada yang menyalakan kembang api.

Berbalik arah dengan kemampuan menahan rasa lapar dialami teman-teman. Saat hari-hari berpuasa bertambah, wajah mereka kian terlihat lebih enteng menjalaninya. Namun, menjelang pengujung, justru dada kian mendebarkan.

Pengurus komunitas yang kami kenali, mulai mengatur peminjaman mobil. Ibu saya mulai mengatur stok barang-barang tertentu untuk keperluan sendiri. Dan kami, para anak mulai membayangkankan datangnya antaran menu-menu khas malam menjelang Idul Fitri.

Berbeda dengan apa yang saya jumpai di Pulau Jawa, di mana ketupat adalah yang khas pada Idul Fitri. Di kota kelahiran saya, ada tradisi antar-mengantar beberapa menu khas. Terutama dilakukan pada malam jelang atau di pagi Idul Fitri.

Burasa, Sokko Tumbu, Gogos

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline