Lihat ke Halaman Asli

Ang Tek Khun

TERVERIFIKASI

Content Strategist

Perca Ingatan akan Soe Hok Djin, Lelaki yang Meninggalkan Nama Arief Budiman

Diperbarui: 24 April 2020   19:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arief Budiman, aktivis demonstran tahun 66, doktor bidang sosiologi dari Universitas Harvard, Amerika Serikat. (Foto: KOMPAS/Hasanuddin Assegaf)

Pesan itu tiba terlebih dahulu. Sebelum saya menjumpai beberapa visual di Internet. Wajah lelaki itu dalam kemasan usia lansia. "Telah berpulang ke Rahmatullah, Prof DR Arief Budiman bin Salam Sutrawan dalam usia 79 tahun pada Rabu 23 April 2020 pukul 11.40 WIB di RS Ken Saras, Kab. Semarang."

Tiba-tiba, isi benak saya terasa terlempar entah ke waktu yang mana. Nama ini sempat tak mengisi ingatan saya. Padahal, beberapa tahun lalu seorang kawan pernah bercerita. Ia hendak menyisipkan waktu untuk berupaya memasuki relung sempit benak lelaki itu, sebelum ingatannya berkabut.

Dua Sisian Waktu
Di bangku SMA, saya belajar PDKT dengan sebuah buku fenomenal. Baru saja terbit, saat itu. Beberapa teman membicarakannya.

Saya membeli dan mulai membacanya. Tertatih di halaman-halaman pembuka yang panjang. Namun, terhentak saat memasuki paragraf pembuka. "Saya dilahirkan pada tanggal 17 Desember 1942 ketika perang tengah berkecamuk di pasifik."

Itulah penggalan buku "Soe Hok Gie: Catatan Seorang Demonstran". Melalui buku itu, terpetik informasi bahwa Gie punya kakak. Bernama Soe Hok Djin, yang kemudian menggunakan nama Arief Budiman. Tak beresonansi apa pun dalam otak saya yang kecil, saat itu. Kecuali selintasan komentar dalam hati, "Adiknya lebih hebat ya, daripada kakaknya." :)

Waktu berlalu, masa kuliah tiba. Saya memilih belajar psikologi, dengan minat besar menulis dalam rupa artikel populer. Selain teori-teori kering di bangku kuliah, kami rajin mengonsumsi tulisan-tulisan populer di koran dan majalah.

Salah satu rujukan, pada rubrik konsultasi psikologi harian Kompas Minggu. Di sana, ada pengasuh bernama Leila Ch. Budiman.

Kedua nama ini, Arief Budiman dan Leila Ch. Budiman, akhirnya "berjodoh" di benak. Melalui sebuah buku berjudul "Pembagian Kerja Secara Seksual".

Seorang dosen bercerita bahwa buku ini ditulis saat Arief Budiman sedang menempuh kuliah lanjut di Amerika. Berdasarkan pengalaman hidup di negeri itu bersama istrinya, Leila Budiman.

Tentang Pasangan Ini
Dalam ingatan saya, Kompas Minggu pernah dua kali mengungkap siapa dan bagaimana Leila Budiman selaku pengasuh rubrik konsultasi psikologi. Tentang betapa numpuk surat-surat yang masuk. Bagaimana dalam satu kali pemuatan di Kompas Minggu, Leila memgelompokkannya dalam satu tema tertentu.

Tulisan kedua, tak lepas dari hal teknis saat pasangan ini telah bermukim di Australia. Bagaimana surat-surat pembaca yang masuk, dikirim secara fisik ke Australia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline