Namaku tuh, Plastik. Aku lahir dari rahim seorang ayah bernama Alexander Parkes. Dalam akte, tercatat aku pertama kali mengenal dunia saat berlangsung eksibisi internasional di London (Inggris), pada tahun 1862.
Diriku tuh disempurnakan pada 1907, oleh seorang bernama Leo Baekeland. Katanya sih, dia ahli kimia asal New York. Diriku kian canggih di tangan Ralph Wiley (1933).
Wiley tuh kerja di lab, di perusahaan kimia Dow. Diriku yang ini dikenal sebagai Polyvinylidene Chloride. Terus, jadi Polyethylene saat di tahun yang sama diriku ditangani E.W. Fawcett dan R.O. Gibson.
Wah, kisah kelahiranku bisa panjang ceritanya. Nanti membosankan bagimu. Jadi, yuk kita geser topik. Aku tuh hidup bergerombol. Dalam jumlah buuanyak. Produksi diriku secara global, trennya terus meningkat. Makin tajam.
Pada 1950, kehadiran diriku dua juta ton per tahun. Pada 2015, jumlahku sudah ada di angka 381 juta ton per tahun. Melonjak lebih dari 190 kali, menjadi 5,8 ton per tahun. Coba, hebat enggak?
Menurut Jenna Jambeck dari Universitas Georgia di Amerika Serikat, aku juara dunia mewakili negara Tiongkok. Aku juga juara dunia kedua mewakili Indonesia. Untuk urusan tampil di laut, aku juga jagoannya.
Jambeck (2015) mencatat sampah plastik Indonesia di laut mencapai 187,2 juta ton, setelah Tiongkok sebesar 262,9 juta ton. Selanjutnya, Filipina dengan angka 83,4 juta ton dan diikuti Vietnam yang mencapai 55,9 juta ton.
Oya, dari perkiraan produksi sampah plastik lebih dari 35 juta ton dalam setahun, seperempat diriku itu memang berakhir di laut. Wow banget, kan? Itu sebabnya diriku sudah dianggap makanan oleh teman-teman yang hidup di laut.
Enggak heran juga kalau diriku ngendon di tubuh apa saja. Aku menyusup di perut kura-kura, ikan-ikan, dan binatang laut lainnya. Bahkan burung (Seabirds)! Diriku dalam bentuk mikroplastik, katanya loh, jadi penyebab stunting. Apa itu stunting? Coba deh di-googling. Kamu pasti nemu.
Oya, mikroplastik itu adalah potongan-potongan kecil dari plastik yang dapat mencemari lingkungan. Katanya, kandungan mikroplastik sudah ditemukan di dalam produk garam laut sejak bertahun-tahun yang lalu.
Namun selama itu, belum terungkap berapa banyak kandungan material diriku pada "bumbu masak" yang paling sering digunakan di seluruh dunia ini.