Lihat ke Halaman Asli

Ang Tek Khun

TERVERIFIKASI

Content Strategist

Destinasi Eksotik Memantik Hasrat Piknik ke Macao

Diperbarui: 26 Desember 2017   16:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Foto: Dok. Ang Tek Khun)

Devi Sari, perempuan manis di hari menanjak siang yang saya simak kata-katanya itu, berbicara teratur dan terukur. Cara bertuturnya meluncur lancar, tak terdengar menggelegak bak ombak menghantam pesisir, pun jauh dari pekik-pekik memicu adrenalin bak orator yang sedang memacu kata tak ubah menunggang motor atau mobil di lintasan balap.

Head of Indonesia Representative, Macao Government Tourism Office (MGTO) ini, dalam penuturannya, jauh dari kesan sedang menabur bunga-bunga kalimat untuk menggoda atau menggelembungkan niat audiens agar terpikat pada apa yang diucapkannya. Perlahan namun persuasif, melalui nada suara yang terdengar ringan, Devi membangun pengenalan di benak audiens tentang satu negeri eksotik yang direpresentasi olehnya, bernama Macao.

Acara Nangkring Kompasiana & MGTO (Foto: Dok. Ang Tek Khun)

Afirmasi tentang daya pikat dan beragam sisi kehidupan Macao yang layak dijelajah secara  serius, datang dari Muhammad Arif Rahman. Travel Blogger berakun @arievrahman ini menjadi tandem pembicara dalam perbincangan mengenai "Wonderful Macao, Express Your Own Style" yang dipandu Nitia Anisa, presenter KompasTV. Alhasil, ulasan tentang aneka wajah eksotik Macao ini melambungkan angan dan memantik hasrat piknik ke Macao bagi puluhan Kompasianer yang menyimak tutur kisah keduanya dengan antusias.

Macao, Si Cabe Rawit yang Telah Bersalin Rupa

Macao layak minder. Dalam peta Google, apabila Anda tertarik untuk mengetikkan kata "China", maka yang akan pampang adalah area besar negara ini. Di sisi Tenggara, Anda hanya akan berjumpa dengan nama "Hong Kong" sebagai satu titik. Bahkan dalam pembesaran gradual, yang terlebih dahulu muncul adalah nama Hainan, sebuah provinsi yang terkecil dan terselatan. Pembesaran lebih lanjut barulah menampakkan nama Macao.

www.twoeggz.com

Pada momentum penyerahan kedaulatan dan menjadi bagian dari Daerah Administratif Khusus Mainland China di pengujung tahun 1999, Macao tak sesemarak Hong Kong---yang mendahuhuinya dua tahun sebelumnya. Persepsi di benak banyak orang, Macao hanyalah sebuah pulau yang didatangi bila mana Anda berhasrat mencari peruntungan atau sekadar memacu adrenalin di meja judi.

Sebelum terwujudnya penerbangan langsung Jakarta-Macao-Jakarta pada Agustus tahun ini, Macao dapat pula dibaca sebagai salah satu alternatif paket tur melipir dari Hong Kong. Untuk pilihan jenis "tur sehari" ini, Macao tidaklah dominan. Ia diperhadapkan dengan pilihan menuju Shenzhen, dan Shenzhen kerap memenangkan pilihan saat wisatawan yang "berhenti" di Hong Kong, ingin mencicipi rasa menghirup udara dan nuansa kehidupan di daratan China.

Namun kini, 18 tahun kemudian, di usia "remaja matang" pascakembali ke rangkaian kedaulatan China, Macao telah bersalin rupa. Dengan luas yang tak sampai sekuku kelingking China daratan, Macao semakin percaya diri membangun branding dan mengibarkan panji-panji destinasi wisata utama, sebelum wisatawan beranjak ke provinsi atau negara lain.

Panorama Macao di waktu malam (Foto: Pixabay)

Menengok kembali jejak perjalanan belasan tahun terakhir, tampak jelas Macao telah membangun dirinya dengan dengan kerangka utama yang menjadi syarat sukses pengembangan sebuah destinasi wisata, terangkum dalam 3A: Attraction, Accessibility, dan Amenity. Macao telah menciptakan sekian banyak atraksi, yaitu "apa yang bisa dilihat dan dilakukan oleh wisatawan di destinasi tersebut". Macao telah membangun aksesibilitas, yaitu "sarana dan infrastruktur untuk menuju destinasi". Terakhir, Macao telah menghadirkan amenitas, yaitu "segala fasilitas pendukung yang bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan selama berada di destinasi."

Serba Informatif: Mencicipi Macao Dalam Bayang Imajinasi

Itulah Macao "Zaman Now". Tak heran bila Devi Sari bisa bercerita banyak, dengan perasaan bangga, tanpa perlu "membeli waktu". Ia bertutur tentang "keping" tersisa reruntuhan Katedral St. Paul yang monumental dan membangkitkan hasrat untuk mengabadikan diri di sana. Ada pula A-Ma Temple, kuil tertua yang dibangun lebih dari 500 tahun lalu (sebelum kehadiran orang Portugis), yang tampak teduh bila kita ingin berdiam sesaat untuk membinarkan mata batin. Tak lupa, sepintas cerita tentang kawasan ikonik Senado Square, tempat asyik bila kita hendak mengukir banyak kenangan dalam kebersamaan dalam bingkai foto.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline