Lihat ke Halaman Asli

Ang Tek Khun

TERVERIFIKASI

Content Strategist

Angkringan, Warung Makan Sederhana ala Yogyakarta

Diperbarui: 19 Mei 2016   01:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angkringan, warung makan sederhana ala Yogyakarta (Foto: @angtekkhun)

Kalau mau ke Yogyakarta tapi ogah menikmati makan malam di angkringan, itu ibarat kamu ke Paris tapi malas menengok menara Eiffel. Yogyakarta dan angkringan adalah dua dari antara sekian banyak hal yang beriringan untuk dialami oleh siapa pun yang ingin menorehkan goresan kenangan yang mendalam dalam kunjungan di kota yang menghanyutkan hati pelancong ini. Meskipun, yaa... angkringan tidak termasuk dalam daftar lokasi syuting film “banyak purnama” yang sedang hits hari-hari ini.

Bicara soal angkringan, tak pelak adalah bicara soal kekayaan kuliner khas nusantara. Aset ragam kuliner tidak melulu berfokus pada aneka olahan (bahan) makanan dan penganan. Banyak sisi lain di sekitar kuliner yang menghadirkan keunikan tersendiri. Sebut saja misalnya masakan Padang; menyebut alternatif kuliner ini imajinasi kita akan langsung melalang jauh membayangkan rumah makan dengan aneka menu berbumbu kuat yang disajikan dalam piring-piring dan dibawa secara atraktif tanpa alat bantu, dan piring-piring menu itu akan memenuhi sebagian besar area meja makan bagai memanggil-manggil untuk dicicip satu persatu.

Tampakan angkringan yang cukup “modern” (Foto: @angtekkhun)

Demikian juga bila otak kita diisi dengan kata informatif tentang "angkringan", maka otomatis akan terbayangkan dalam benak perangkat berjualan sederhana dengan menu-menu khas yang tak mungkin luput disediakan. Pastinya ada yang bernama nasi kucing, bungkusan kecil nasi yang umumnya disisipkan sambal dengan lauk dalam porsi ala kadarnya. Murah-meriah,  dapat dijangkau dua hingga tiga rupiah per bungkus.

Nasi kucing tidak berdiri sendiri. Ia punya banyak kawan-kawan sepenanggungan. Apa saja yang menyertainya? Khas sekali untuk ditandai, misalnya aneka gorengan, sate usus, sate telur puyuh, tempe-tahu bacem/goreng, dan macam-macam cemilan. Dihidangkan secara prasmanan, cara makannya pun santai sambil menyeruput kopi atau teh panas. Dan yang paling penting, di angkringan Anda tidak tabu untuk menyantap dan menyeruput kopi sambil mengangkat kaki senyamannya.

Jejeran aneka menu khas angkringan (Foto: @angtekkhun)

Tidak sulit menjumpai tempat-tempat nongkrong yang hadir dalam format angkringan di kota pelajar ini. Anda tinggal memilih tempat yang mudah dijangkau dari tempat Anda menginap. Tapi jangan terkecoh, kini bertumbuhan restoran dalam desain angkringan. Angkringan yang sejati adalah warung makan sederhana buat “rakyat jelata” dengan bujet tak melebihi pecahan uang sepuluh ribu. Perut kenyang, hati nyaman, hari esok pun siap disongsong.

Menelisik Geliat Sebuah Angkringan

Angkringan tersebar di banyak wilayah Yogyakarta. Sebagai gambaran saja, mari kita telisik salah satu warung rakyat ini yang terletak di belahan utara, bernama Angkringan Tobat. Sebagaimana angkringan lain yang menjamur dengan layanan modern, di sini jelas Anda disambut dengan fasilitas Wifi. Namun selain yang satu ini, semua tampak sederhana.

Google Maps (Skrinsut: @angtekkhun)

Berlokasi di Jalan Sukoharjo, Codong Catur (Lokasi), angkringan dengan nama unik ini mulai beroperasi Oktober 2015 dan sedang mempersiapkan cabang kedua. Di sini Anda akan menjumpai tidak kurang dari 30 item menu yang siap menjadi sahabat pengiring nasi kucing. Itu belum termasuk berbagai macam cemilan dan minuman. Beberapa pilihan kopi nusantara bisa Anda pesan, misalnya Mandheling Sumatra atau Bali Kintamani.

Tersedia lebih dari 30 pilihan menu (Foto: @angtekkhun)

Dari susu segar sampai bandrex (Foto: @angtekkhun)

Beberapa pilihan kopi (Foto: @angtekkhun)

Sajian nasi kucing di sini, cukup kekinian. Variannya cukup meyakinkan. Selain yang normal (buka langsung dimakan) misalnya nasi Oseng Tempe, Oseng Kacang Panjang, Sambel Teri, Orak-arik, Sarden, Bandeng, tersedia pula nasi bakar dlam dua pilahan lauk di dalamnya: Sego Bakar Pindang Daun Kemangi dan Sego Bakar Hati-Ampela Daun Kemangi.

Baca tagline ini, kreatif dan “nakal” khas warga Yogyakarta (Foto: @angtekkhun)

Nasi kucing khas angkringan (Foto: @angtekkhun)

Sego Bakar, varian lain nasi kucing angkringan (Foto: @angtekkhun)

Harga nasi-nasi kucing ini dipatok cukup unik. Semua yang berbungkus daun pisang, dikenai harga harga Rp3.000,- sementara yang berbungkus kertas, hanya Rp2.000,-. Setelah Anda mengambil secara prasmanan dan dibawa ke kasir, Anda akan ditawari apakah akan dibakar (termasuk yang bukan nasi bakar). Jika ya, ada dua pilihan bumbu bakar: kecap dan pedas. Itu sebabnya Anda akan menikmati semua menu pilihan Anda dalam kondisi hangat dan menguarkan aroma dari daun pisang pembungkus serta kemangi yang menyisip di dalamnya.

Persediaan cemilan yang ada saat dikunjungi penulis (Foto: @angtekkhun)

Tempat yang luas dan halaman parkir yang leluasa, menjadi daya tarik tersendiri. Buka enam hari dalam seminggu (Senin-Sabtu) pukul 16.00 hingga 24.00 WIB. “Paling ramai di tengah minggu,” jelas Mas Udin selaku pengelola harian. Saat ditanya bagaimana menghadirkan sekian banyak item menu, Mas Udin menjelaskan bahwa bersama tiga pegawainya, mereka hanya mengelola penuh semua jenis minuman. Hidangan lain disediakan oleh para pemasok yang berjumlah belasan orang, dengan sistem titip jual (konsinyasi).
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline