Lihat ke Halaman Asli

Ang Tek Khun

TERVERIFIKASI

Content Strategist

[Fiksi Penggemar RTC]  Nightmare at Dayatland

Diperbarui: 11 September 2015   00:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ang Tek Khun, No. 72

Malam Jumat belum juga pergi ketika seekor tokek memekik lirih dari atap rumah. Suaranya merepet serak dipanjang-panjangi karena ia tahu sekelompok anak muda mabok di teras sedang berjudi genap-ganjil memanfaatkan byar-pet suaranya. Dari kejauhan, perlahan melengking suara anjing ditimpuk traktor, mengaing-ngaing pedih bagai letih suara gitar dicabik-cabik para jomblo di pos hansip kala malam minggu.

Arak awan hitam di langit sedang seram-seramnya, dibentuk oleh kursor yang digerakkan oleh Sang Pencipta menyerupai seringai kelelawar pada bulan purnama. Sepasang matanya melotot tajam mirip bakso tenis Kang Apin di pojok jalan, menembus jala-jala jiwa yang haus kasih sayang; giginya yang panjang berwarna kekuningan karena jigong, terhunus dengan tebar semerbak aroma bantargebang. Dengan sekali meradang, Alice Kingsleigh tersedak dari tidurnya dengan leher dingin dipenuhi keringat.

Ini malam Jumat ke-666 Alice terbangun oleh usik mimpi buruk sejenis. Kalau sudah begitu, ia segera memeluk boneka kelinci berompi pink kesayangannya. Bulir-bulir keringat dingin dibiarkannya menetes hingga pagi hari karena ia gagal kembali tidur, memenuhi kali Ciliwung hingga air meluap di kawasan Kampung Pulo.

Tapi mimpi yang terakhir ini terlihat sangat jelas, melengkapi seluruh rangkaian mimpi Alice selama ini. Mula-mula ia mendengar seruan meminta tolong bertubi-tubi entah dari mana asalnya. Jeritan itu berulang-ulang hingga ia didorong untuk mencari tahu lebih jauh dari mana asal suara itu dengan menggunakan aplikasi GoogleVoice. Tak butuh waktu lama, hasilnya nongol dan terpampang mantap dengan teks di-bold: Dayatland!

Alice terhenyak kaget sejengkal ke belakang, ia nyaris terjengkang. Pasalnya, tumit high heels yang dikenakannya tiba-tiba patah. Mungkin karena lem pada sepatu KW7 buatan Simbaduyut itu sedang meranggas manja.

"Namaku... Anastasia Tremaine. Tolong kami-mi-miii..." Tiba-tiba telah terbentuk Group di WhatsApp dengan pesan yang dikirimkan oleh "Anastasia Asik Bingitz" dengan profile picture menjijikkan. Ada emoji tangan sedang mengiba-iba menyertai teks itu.

"Namaku... Drizella Tremaine. Help ussss...." Ups, masih di Group WhatsApp yang baru itu, kali ini muncul nama "Drizella Ayank Deh" dengan lidah melet-melet.

Samar di layar smartphone terkenal merek Samseng Galak Sih 4S5S* [4S5S = 4 Sehat 5 Sempurna, varian gawai terbaru dari formula IT teranyar] milik Alice. Terlihat asap hitam beraroma menyan menyembulkan wajah seram dua gadis yang merindingkan buku ketek. Alice melempar henponnya ke atas ranjang dan menyusup ke balik selimut dengan wajah pucat. Kisah buruk tentang Dayatland telah katam didengarnya berulang-ulang dari kakek buyutnya, pitutur yang diturunkan dari buyut-buyutnya kakek buyutnya itu.

"Loh-lah, bukankah kalian ini putri-putri kandung dan anak-anak kesayangan Lady Tremaine?" balas Alice sambil mengintip layar henponnya dengan bergidik ketakutan.

"Iya, memang begitu kisah kami semula, sampai..." pesan Anastasia terputus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline