Lihat ke Halaman Asli

Ang Tek Khun

TERVERIFIKASI

Content Strategist

Buah yang Lahir dari Pohon Integritas

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum kita memasuki era yang mengenal ISO (International Organization for Standardization), kearifan leluhur telah mengajarkan kepada kita sebuah standar kualitas yang mungkin otentik, khas, dan tiada tara di dunia. Diformulasikan bahwa dalam hal memilih calon pacar/menantu, perangkat uji kelayakan tersebut bernama Bibit-Bobot-Bebet. Rumusan operasionalnya adalah, pilihlah benih (bibit) yang baik, dari jenis (bebet) yang unggul, dan bernilai (bobot) tinggi.

Alasannya? Sederhana saja: karena pernikahan hanya berlangsung satu kali seumur hidup sampai maut memisahkan, maka kita harus memilih yang terbaik. Tuntutan kualitas ada di-rating paling atas.

Mari kita cermati lebih dalam lagi. Apabila standar Bibit-Bobot-Bebet ini diringkas, maka kita akan melihat korelasi yang sangat kuat dengan pepatah lama yang berbunyi: Buah jatuh tak jauh dari pohonnya.

Tanpa sadar, filosofi ini yang mengemuka di benak saya tatkala sebagai mahasiswa disodori peluang untuk memiliki sepeda motor guna keperluan kuliah. Saat itu saya tidak memiliki brand awareness lain selain sepeda motor bermerek Honda. Motor ini kemudian menyertai saya dalam menuntut ilmu dan menjalankan berbagai aktivitas kampus dan kegiatan sosial.

Ada apa di balik kejadian ini? Sederhana saja, karena pada masa itu melalui berbagai cerita saya mulai "mengenal" seseorang bernama William Soeryadjaya. Siapa dia? Terlalu panjang untuk dikisahkan dan terlalu banyak sumber yang bisa menjelaskan secara panjang dan lebar tentang siapa Oom William ini. Bahkan kita akan sangat diperkaya apabila membaca buku “Man of Honor: Kehidupan, Semangat, dan Kearifan William Soeryadjaya”.

Tak ada kata lain untuk menggambarkan beliau selain kata-kata yang melebihi atau setara dengan ungkapan bahwa pendiri PT Astra Internasional itu adalah seorang pekerja keras yang pantang menyerah dan meletakkan integritas di atas segalanya. Si Oom yang telah menjadi yatim piatu sejak berusia 12 tahun dan putus sekolah saat di MULO Cirebon, tahu benar apa itu hidup yang pahit dan getir. Inilah fondasi dasar yang mewarnai masa depannya, termasuk bagaimana ia membangun anak-anak perusahaannya.

Jika kelak di kemudian hari ia mengucapkan selamat tinggal kepada perusahaan yang dibangunnya, itu bukan karena runtuhnya bisnis tersebut, melainkan karena atas nama integritas ia rela menjual saham-sahamnya di Astra guna memenuhi kewajiban lain.

Inilah yang ada di benak seorang mahasiswa unyu dalam memilih dan mengikuti naluri brand awareness-nya. Kemudian saya belajar bahwa kualitas memang tak dapat dibeli walau oleh ribuan tiruan. Meski dengan kocek yang pas-pasan, saya menyadari bahwa justru memilih produk terbaik adalah cara terbaik untuk berhemat.

Inilah pintu masuk saya mengenal dan menjatuhkan pilihan pada produk-produk Aspira. Dengan hanya mempercayakan maintenance kendaraan saya ke bengkel-bengkel resmi, membuat produk Aspira kian dekat dan proses maintenance menjadi mudah.

Pilihan ini membuat saya tidak perlu berbagi konsetransi atau kecemasan akan kelancaran aktivitas saya, karena saya yakin inilah buah yang lahir dari pohon integritas yang telah teruji melalui kinerja dan waktu. Terima kasih untuk jejak rekam yang sangat mencerminkan bahwa merek asli lokal ini memang layak mendunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline