Lihat ke Halaman Asli

Ang Tek Khun

TERVERIFIKASI

Content Strategist

“Gajah”, Inspirasi Bangkit dari Bullying

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1428107397262142953

Penyanyi Tulus belum lama berselang mengadakan pertunjukan tunggal di Yogyakarta. Bertajuk unik "Konser Gajah Yogyakarta", perhelatan ini adalah konser tunggal keenam Tulus, setelah berlangsung di Bandung dan Jakarta. Tajuk yang mengusung kata "Gajah", di tangan Tulus, telah berkembang melebihi terminologi yang mampu dijelaskan lewat kamus mana pun. "Gajah" telah berkembang dari sekadar nama salah satu fauna menjadi brand yang kuat, dari semacam metafora menjadi inspirasi dan motivasi untuk bangkit.

Kelompok fans paling seronok dari "Artis Baru Lelaki Terbaik" versi Anugerah Planet Muzik 2014 untuk negara Indonesia, Singapura, dan Malaysia ini, datang dari para ABG. Di antara semua alasan mereka menyukai Tulus, selalu terbersit lagu berjudul “Gajah” sebagai keterwakilan "rasa" yang paling representatif bagi mereka. Bacalah misalnya jejak komentar yang ditinggalkan sesosok "bernama" Sleepyhead Vi. Vi menulis di Official Music Video "Gajah":

Ihhh cerita w bgt ,
Waktu w kecil jga di panggil gajah sm tmn^^ tetangga maupun ponkn w
Mlh merrka bilng Gajah bengkak pulaa??, mrah sih ..v kita mrh jga bwt pa ?
Toh mang bnr badan w gede ky gajah ??
V asal kalian tau gajah itu CUTE and PINTER??

Ya, lirik lagu ini sedang mendekap banyak hati yang luka dari anak-anak muda yang pernah atau sedang mengalami bullying. Apakah hanya segmen usia ini yang terkait langsung? Saya yakin tidak. Dari situstulus.com kita tahu bahwa album bertajuk "Gajah" dilansir pada Februari 2014 dan setelah itu melejit. Dalam waktu singkat, "Gajah" dengan penjualan 30.000 keping dalam 10 hari, menduduki peringkat teratas sebagai album yang paling banyak dibeli di iTunes.

Tak heran pula bila pada akhir 2014 majalah remaja Hai memilih Tulus sebagai Artist of The Year 2014, meraih tiga penghargaan sekaligus untuk kategori Best Male, Best Pop, dan Best Album 2014 versi Readers Poll HAI Magazine. Disusul awal 2015, giliran majalah Rolling Stone Indonesia menetapkan album "Gajah" sebagai Album Indonesia Terbaik 2014.

Tentang Bullying dan Angka Bullying

Sebelum menengok lirik lagu ini, sebaiknya Anda terkejut bila diberi informasi bahwa angka bullying pada anak cukup tinggi. Di Amerika, menurut Ayahbunda, 1 di antara 7 siswa TK sampai SMA menjadi korban bullying. Annual Bullying Survei 2014 melansir data 45% orang muda mengalami bullying sebelum memasuki usia 18 tahun; sebanyak 39% dari antara mereka tidak pernah memberi tahu siapa pun bahwa mereka telah menjadi korban bullying. BBC mengutip peneliti King's College London melaporkan bahwa anak-anak yang menjadi korban bullying masih merasakan dampak psikis dan mental lebih dari 40 tahun akibat peristiwa yang dialaminya itu.

Bagaimana kondisi di Indonesia? Sayang saya tidak memiliki data yang konprehensif. Di situs web gerakan anti bullying Indonesia, sudahdong.com, terdapat data bahwa 10% siswa keluar atau pindah sekolah karena menghindari bullying. Terdapat 71% siswa yang menganggap bullying sebagai masalah yang terjadi di sekolah. Dan, 90% pelajar kelas 4 SD sampai 2 SMP melaporkan telah menjadi korban bullying di sekolahnya.

Apa sih definisi bullying? Sudahdong.com menjabarkan bullying sebagai "penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku ini dapat menjadi suatu kebiasaan dan melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Hal ini dapat mencakup pelecehan secara lisan atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan, dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, mungkin atas dasar ras, agama, gender, seksualitas, atau kemampuan". Selain banyak terjadi, konon belum ada sebuah gerakan yang massif untuk menghentikan ini.

"Gajah" Bercerita

Tulus melalui lagu "Gajah", bercerita tak jauh dari ini. Dua baris pertama dan dua baris terakhir bait ketiga lirik itu berterus-terang:

Waktu kecil dulu mereka menertawakan
Mereka panggilku gajah, ku marah

Mereka ingatku marah
Jabat tanganku panggil aku gajah

Itulah yang mungkin dialami oleh banyak di antara kita. Sebaik-baiknya kita ingin menunjukkan diri, hampir selalu saja ada orang yang sirik dan tanpa sadar menjadi pelaku bullying. Marah, sedih, bahkan depresi atau gangguan psikologi lain yang lebih “ringan” melanda kita. Melalui dukungan orang dekat, terapi, atau penerimaan diri diharapkan kita bisa turut dipulihkan bersama berlalunya waktu:

Kecil kita tak tahu apa-apa
Wajar bila terlalu cepat marah
Kecil kita tak tahu apa-apa


Tak berhenti di sini, penerimaan diri, diharapkan kita mampu naik ke level lebih, bisa melihat sisi positif yang melekat-serta pada sisi yang berbeda:

Setidaknya punya tujuh puluh tahun
Tak bisa melompat kumahir berenang

Besar dan berani berperang sendiri
Yang aku hindari hanya semut kecil
Otak ini cerdas kurakit berangka


Selanjutnya, bukan hanya situasi yang berubah, pun cara pandang kita atas apa yang sudah berada di mala lalu, sebagaimana baris lirik yang terselip di bait ketiga:

kini ku beri tahu puji dalam olokan


Dan pada akhirnya "menjadi" kawan seiring yang teruji:

Kau temanku kau doakan aku
Punya otak cerdas aku harus tangguh
Bila jatuh gajah lain membantu
Tubuhmu disituasi rela jadi tamengku

Meghan Trainor dan Justin Bieber

Sebenarnya bukan hanya Tulus yang bersuara tentang hal ini. Ada Meghan Trainor, seorang penyanyi pendatang baru yang sukses melalui lagu “All About that Bass”. Lagu dengan lirik positif tentang menerima diri sendiri ini menjadi juara di tangga lagu Billboard Hot 100 selama beberapa waktu. Lagu ini mendobrak konsep mengenai tubuh wanita bahwa perempuan bertubuh mungil adalah yang ideal dan menjadi idaman. Meghan Trainor sempat mengalami masa sulit, ia di-bully karena bentuk tubuhnya. Meghan sempat menjalani diet ketat, sebelum akhirnya menerima dan mencintai tubuhnya apa adanya.

Justin Bieber dikabarkan menghadapi hal serupa, itu sebabnya ia mendukung film dokumenter tentang bullying dan lagunya "Born To Be Somebody" menjadi musik latar film tersebut. Lirik lagu ini terlalu panjang untuk dikutip di sini, karena itu sebaiknya Anda dengar dan resapi sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline