Lihat ke Halaman Asli

Ang Tek Khun

TERVERIFIKASI

Content Strategist

Tontonan Selamat Jalan dan Selamat Datang di Liga Primer Inggris

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Musim baru Liga Primer Inggris (LPI) 2014/2015 telah dimulai. Pelatih baru sudah menyusun kekuatan dan strategi. Bursa transfer untuk menjual, membeli, meminjam, atau melepas bebas pemain baru saja ditutup. Selalu ada kegembiraan, juga tak kurang kesedihan pada setiap pergantian musim. Dinamis, tak ada yang abadi kecuali bola itu bundar, sangat kental di LPI.

Kepemilikan klub, bisa berpindah tangan. Komposisi penguasaan saham, bisa berubah. Demikian pula jabatan pelatih. Ikatan kontrak hanyalah legalitas di atas selembar kertas yang bisa dianulir dengan kompensasi uang. Anggota tim pemain? Jangan pernah menanyakan hal ini. Kesedihan "Selamat Jalan" dan pesta "Selamat Datang" bisa terjadi dalam seumur jagung.

Dari gelegak dinamis Liga Primer Inggris (LPI) ini, kita bisa menarik pembelajaran dari beberapa hal esensial berikut:

1. Setiap tim selalu ingin meremajakan pemainnya atau lebih perkasa, dari musim ke musim. Pertarungan usia dengan mudah terlihat di liga ini. Yang muda datang dengan kekuatan dan semangat besar, siap memberi tahu bahwa Anda sudah mulai uzur. Rio Ferdinand, Nemanja Vidic, dan Patrice Evra sadar diri untuk menepi dari MU; Ashley Cole dan Frank Lampard mundur dari Chelsea

2. Setiap pemain ingin tampil lebih baik agar melejit cemerlang untuk memperoleh jam laga yang panjang, kenaikan gaji yang signifikan, atau dilirik klub yang lebih besar. Kalau tidak, silakan pergi dengan status permanen, dipinjamkan, atau bebas biaya transfer. Alvaro Negredo dan Gareth Barry meninggalkan City; David Luiz, Romelu Lukaku, dan Demba Ba berpisah dengan Chelsea; Nani, Welbeck, Chicarito, dan Shinji Kagawa harus mengucapkan sayonara dari MU.

3. Setiap pemain ingin naik kelas, maka lirikan klub lebih besar di luar LPI pantang untuk ditolak. Luis Suarez, misalnya, ia terlalu besar bagi Liverpool. Atau, Thomas Vermaelen mendapat peluang pindah ke Barcelona.

4. Setiap pemain ingin mendulang sukses di sini, maka datanglah orang-orang dengan gemerlap harapan akan surga baru. Sebut misalnya Diego Costa dan Thibaut Courtois di Chelsea; Luke Shaw, Ander Herrera, Marcos Rojo, dan Daley Blind di MU.

5. Setiap pemain ingin menyelamatkan kariernya di klub yang masih menjanjikan. Untuk kasus ini, kita bisa melihat kedatangan Alexis Sanchez (Barcelona ke Arsenal), Cesc Fabregas (Barcelona ke Chelsea), Angel di Maria (Real Madrid ke MU), atau Mario Balotelli (AC Milan ke Liverpool).

Demikianlah kehebatan LPI dalam soal menjadi kolam revolusi dalam satu musim. Tempat kegembiraan sekaligus kesedihan begitu dekat. Dalam refleksi terhadapnya, kita bisa melihat beginilah siklus hidup manusia dalam format mini. Tempat yang bagus buat kita untuk berkaca dan belajar arif--bukan sekadar menonton sebutir bola yang disepak ke kiri dan ke kanan pada setiap minggu.

Bukankah demikian?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline