Lihat ke Halaman Asli

Ang Tek Khun

TERVERIFIKASI

Content Strategist

Dongeng Tentang Waktu

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di negeri Tiongkok, hidup sebuah dongeng yang diceritakan dari generasi ke generasi. Sebuah dongeng tentang waktu. Kisah yang pernah saya dengar di masa lampau dan menjadi salah satu kisah yang turut mengubah (sikap) hidup saya. Kini dan di sini, izinkan saya mendongengkan ulang untuk Anda.

* * *


Alkisah, "Waktu" adalah perempuan jelita, salah satu dewi yang sangat berpengaruh pada masa dewa-dewi masih memerintah. Parasnya elok nan rupawan, meruntuhkan hati para lelaki dan mendatangkan decak kagum kaum perempuan. Tutur katanya manis dan lembut, memesona setiap insan yang menjumpainya.


Dewi jelita ini diinginkan oleh siapa pun, melebihi emas dan permata lainnya. Sebab, barangsiapa bisa "menangkap"nya, ia akan mengalami perubahan hidup dan memiliki masa depan yang gemilang; sukses melebihi emas dan permata yang dimiliki rakyat jelata.


Namun riwayat dari masa lampau menuturkan kisah yang berbeda. Dengan rambut panjang menjuntai dan sesekali berkibar indah, serta lenggak-lenggok anggun bak putri khayangan, ia teramat sukar untuk diraih. Hanya segelintir manusia yang pernah mengukir sejarah berhasil menangkapnya dan mengalami keajaiban hidup.


Rahasia terbesar kegagalan manusia menangkap Sang Waktu itu bukanlah disebabkan oleh kehebatan dewi ini dalam hal bersiasat, gesit menghindar, atau mampu menghilang dari pandangan mata manusia. Tidak. Juga bukan karena ia licik dalam tipu muslihat, berilmu sihir tinggi, atau memiliki seribu kesaktian lainnya.


Yang menggagalkan manusia, dalam sekali atau beberapa kali usaha merebutnya, adalah ketidaksiapan diri, ketidakbulatan tekad, dan lemahnya ketetapan hati untuk menjalankan misi. Bukan kehebatan Sang Dewi, melainkan soal si manusia yang bermasalah dengan dirinya sendiri.


Inilah yang biasanya terjadi: Dari kejauhan, jalan yang akan ditempuh oleh Sang Dewi dengan mudah dapat ditebak siapa pun. Namun, dalam jarak jelas untuk pandang mata, manusia terpukau oleh kecantikannya. Dan, pada saat berhadapan, setiap manusia yang memandangnya membiarkan matanya terbuai dan dirinya hanyut dalam khayal yang memabukkan.


Semua itu, dilandasi oleh pola pikir yang menyesatkan: Dewi ini manis rupa dan tutur kata... (tampak) lemah dan gemulai dalam menapaki jalan, jadi tak ada yang perlu dicemaskan. Kesempatan untuk menangkapnya tak akan pernah hilang. Lihatlah... rambutnya panjang menjuntai dan sesekali berkibar, teramat mudah untuk direbut oleh tangan kanak-kanak sekalipun. Tak perlu tergesa, izinkan dirimu menikmati pesonanya hingga detik terakhir.


Namun orang bijak selalu bilang, "untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak". Dalam hitungan detik yang lewat, Sang Dewi lepas tuntas tak dapat diraih. Dikisahkan bahwa paruh belakang dari kepala Sang Waktu ternyata gundul tak berambut. Tak ada juntai dan kibar rambut panjangnya yang bisa direbut. Pun tubuhnya lentur tak teraih, terus berjalan serasa melesat hingga hilang dari pandangan saat manusia belum usai dengan keterpukauannya. Lalu, semuanya menjadi terlambat...

* * *

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline