Kepadatan bahkan kemacetan sudah menjadi pemandangan yang biasa di sepanjang jalan raya manijah desa Klampok kecamatan Brebes. Hilir mudik pembeli dan beragam kendaraan, lalu lalang tak beraturan. Pasalnya jalan umum sepanjang 300 meter itu digunakan sebagai pasar tumpah oleh warga.
Padahal jalan tersebut merupakan jalan utama yang menghubungkan beberapa desa menuju jalan raya pantura, terutama desa Klampok Keboledan dan Kupu. Akibat dari kepadatan tersebut, di setiap pagi dipastikan terjadi kemacetan.
Apalagi ketika ada mobil besar seperti truck atau mini bus yang lewat atau berpapasan. Ditambah lagi dengan tidak adanya area parkir khusus kendaraan, sehingga terkadang banyak kendaraan yang parkir sembarangan di bahu jalan.
Tak hanya itu, para Abang becak pun ikut menyumbang persoalan dengan memarkir atau menunggu penumpang di sepanjang jalan. Belum lagi beberapa gerobag pedagang ikut andil menjajakan dagangannya tanpa pengaturan petugas.
Kondisi tersebut berlangsung tiap hari, bahkan sebenarnya sudah dikeluhkan banyak warga tak terkecuali para netizen di media sosial. Namun tak sedikit pula yang memaklumi, karena sudah menjadi bagian dari ciri khas pasar tradisional. Toh, tidak terjadi seharian, paling kepadatan berlangsung dari selepas subuh hingga pukul 10an.
"Kami terpaksa memarkir mobil kami di luar rumah, karena saya harus berangkat pagi, sedang rumah saya di sekitar pasar" tutur Yanto.
Kepadatan dan kemacetan bertambah parah, terutama saat jelang lebaran (baca: prepegan). Jumlah pedagang dan pembeli meningkat dua sampai tiga kali hari biasa.
"Kami berharap ada dinas terkait, menerjunkan petugas lapangan, guna menertibkan kondisi jalan" tutur Ade, salah satu warga setempat.
Meski demikian, banyak juga warga yang menganggap kemacetan dan kepadatan di jalan manijah raya itu sebagai sesuatu hal yang biasa. Toh, tak terjadi seharian. Paling berkisar antara habis subuh sampai pukul sepuluh pagi, selepas itu biasanya jalan mulai lengang.
"Namanya saja pasar tumpah, ya beginilah" pungkas Rudi salah seorang pedagang.
Imam Chumedi, KBC-28
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H