Uraian kata-katamu indah dan manis, membuai jutaan orang terhipnotis. Hingga rela mereka menghambakan diri, memuja-mencinta bahan merelakan segalanya.
Komat-kamit lidahmu begitu tajam, menghujam masuk ke relung hati, hati yang sedang dirundung duka nan kelam. Memberi secercah cahaya pada kenyataan suram.
Oh..suaramu menarik simpati. Penawar isi hati. Memelas tak menyakiti. Membuka jalan pikiran yang telah lama mati.
Lidahmu pandai terlatih. Melontarkan pesan-pesan bak tanpa pamrih.
Tapi, ternyata dusta...semua terbalik. Semua terungkap tak seindah kenyataannya. Pahit, busuk, tak ubahnya bualan penipu yang meringkuk.
Sungguh ku tertipu. Sungguh kau mendusta. Semua tak nyata, hanya sandiwara. Meraup simpati dan rasa saja.
O...dusta, sudahi saja dustamu itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H