Lihat ke Halaman Asli

khumaediimam

Teruslah menebar kebaikan, karena kebaikan yang mana yang diridhai, tiada kita tahu

Menulis Secara Istikamah

Diperbarui: 29 Oktober 2020   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menulis. Sumber cdn.pixabay.com

Menulis itu layaknya seseorang yang sedang beribadah. Ya, dikatakan beribadah, karena sesungguhnya si penulis sedang menyampaikan pesan-pesan kebaikan melalui tulisannya. Ketika tulisannya terbaca oleh para pembica, dan pesan baiknya sampai pada si pembaca dengan baik, bukankah hal itu juga bagian dari pada ibadah? 

Dalam konteks ibadah, perlu adanya Istiqomah. Yaitu kontinou, dilakukan terus menerus tanpa terganggu oleh situasi maupun kondisi yang tengah terjadi. Begitu juga dalam menulis. Seseorang harus selalu berusaha untuk Istiqomah dalam menulis. Karena dengan keistiqomahan inilah, akan berbuah manis bagi penulisnya di suatu hari nanti. 

Istiqomah dalam hal menulis bisa saya jabarkan sebagai berikut: Pertama, yaitu Istiqomah menulis pada waktu-waktu tertentu. Seperti halnya ibadah yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu akan mudah ditandai, bahkan dalam hal ibadah, waktu sepertiga malam adalah waktu yang afdhol, utama. 

Begitu juga dalam menulis. Ada di antara kita yang memang dari awal berusaha Istiqomah bila wakti (dengan waktu) untuk menuliskan apa saja. Misal, seorang Kompasianer tertentu pasti akan mengirimkan tulisannya di waktu pagi atau tiap sore hari. Keistiqomahan dengan waktu menulis, bisa jadi nilai tersendiri bagi si penulis. Redaktur tentu akan menandai atau memberikan prioritas khusus pada keistiqomahan ini. 

Begitu juga keistiqomahan seorang penulis yang setiap hari pasti mengirimkan tulisannya. Hal ini menandakan ia seorang yang Istiqomah, dan disiplin. Apapun kondisinya, senggang maupun repot, menulis sudah menjadi bagian darinya tiap hari. 

Kedua, Istiqomah dalam hal menulis bisa dilihat dari keistiqomahan seorang penulis di ada bidang atau rubrik tertentu. Intensitas atau fokus pada tulisan tertentu akan semakin mengasah ketajaman penulis pada suatu bidang yang disukai atau dikuasainya. Sehingga di Kompasiana pun sering kita lihat di penulis-penulis handal di bidangnya masing-masing. 

Meskipun menulis dengan beragam tema, bidang itu sah-sah saja. Namun kecenderungan seseorang untuk Istiqomah pada bab, tema yang digelutinya, akan mempermudah banyak orang untuk mengenalinya, tentunya melalui tulisan-tulisannya. 

Ketiga, Keistiqomahan dalam menulis juga bisa kita jumpai dari bilangannya. Bisa bilangan atau jumlah katanya, jumlah paragrafnta atau jumlah tulisan yang ditayangkannya. Tiap harinya, tiap minggunya, atau tiap bulannya. 

Ada teman saya, dia spesislis menulis puisi. Ia Istiqomah dalam menuliskan puisinya tidak lebih dari 100 kata. Apapun judulnya, apapun kondisinya, puisinya terus tersaji singkat, padat tidak lebih dari 100 kata. 

Begitu juga dengan teman lainnya ada yang menuliskan artikel yang berkutat pada 350-400 kata saja. Tak peduli nantinya hanya masuk artikel biasa, artikel pilihan atau artikel utama. Baginya Istiqomah menulis dengan jumlah kosa kata, atau sejumlah paragraf tertentu adalah bagian dari Istiqomah, kontinoutas bahkan branding tulisannya. 

Imam Chumedi, KBC-28

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline