Lihat ke Halaman Asli

khumaediimam

Teruslah menebar kebaikan, karena kebaikan yang mana yang diridhai, tiada kita tahu

Suka Menulis Berawal dari Menulis Surat Cinta

Diperbarui: 16 Oktober 2020   20:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: getwallpaper.com

Hobi menulis seseorang memang beragam, mulai dari jenis tulisannya, gaya bahasanya, cita rasa tulisannya sampai pada ciri khas tersendiri dari penulisnya. Begitu juga dengan kesukaan pada pada kegiatan tulis menulis itu sendiri, pun berbeda-beda.

Ada yang memang suka menulis sedari kecil. Menulis apa saja. Cerpen, puisi atau sekedar catatan harian pada sebuah buku khusus. Ada pula yang suka menulis setelah mengenyam bangku kuliah. Beragam tugas berupa pembuatan makalah akhirnya menjadi suatu kebiasaan untuk terus menulis. Ada pula suka dengan tulis menulis, justru berawal dari menulis surat cinta untuk seorang pacar atau seorang yang dikasihi. Ya, itulah saya. 

Sudah bisa ditebak, orang yang pernah menyatakan perasaan cintanya dengan menulis surat cinta, berarti usianya kini tak muda lagi. Karena anak muda sekarang sudah jarang sekali yang menyatakan cintanya dengan sepucuk surat cinta. Surat cinta itu, tempo dulu sebelum era milenium. 

Jujur saja, saya mulai merasa senang dan asyik menulis berawal dari sering menulis dan berbalas surat cinta, waktu itu. Terlebih saat itu saya sedang duduk di bangku Madrasah Aliyah, plus nyantri di salah satu pesantren tua di kabupaten Tegal. Beragam kisah dan cerita pun banyak menghiasi masa-masa itu. 

Masa beranjak dewasa, masa mulai senang dengan lawan jenis, namun tertahan oleh tembok penjara suci bernama pesantren. Melalui guratan surat cinta itulah, kiranya sebagai salah satu jalan untuk mengobati rasa rindu pada seorang yang terkasih. Maklum saat itu tak ada hp tak ada alat komunikasi lain, selain lewat sepucuk surat. Itu pun harus extra hati-hati untuk mengirimnya. Sembunyi-sembunyi, lewat perantara khusus, hingga tak diketahui pengurus. Sebab jika diketahui, semua bisa berabe, walau hanya sepucuk surat cinta. 

Menulis saat itu begitu asyik. Karena benar nyata menuliskan pena pada selembar kertas. Ya, tentunya untuk orang tercinta, kertasnya pun yang istimewa, bahkan beraroma wangi. Tak seperti dewasa ini, menulisnya lewat media elektronik, lewat medsos. Beda jauh menulis di era jaman dahulu, meski manual tetapi sungguh berkesan. 

Setiap goresan pena, apalagi surat cinta betul-betul mewakili isi hati sang penulisnya, ditulisnya dengan hati-hati penuh perasaan sembari membayangkan sang pujaan hati nu. Jauh di mata. Melalui tulisan dalam surat cinta itulah, seolah kita hadir, berkata-kata di depan sang idola, belahan jiwa. 

Hati teraduk-aduk saat surat cinta kita tak kunjung terbalas. Sampai terkadang kita kembali menulis surat, menanyakan jawaban atas surat sebelumnya yang tak kunjung datang. Dan hati pun kan berbinar-binar saat menerima balasan surat kita. 

Meski surat menyurat saat itu baru seputar mencurahkan perasaan kita, tetapi sungguh telah menumbuhkan minat baca dan tulis saya saat itu. Saya mulai banyak mencari buku-buku terkait menulis surat cinta. Maklum saat itu belum gencar internet. Kadang saya beli dari buku-buku di emperan, dari majalah atau sengaja pinjam dari kawan. 

Buku-buku itu aku baca, aku pahami gaya penulisan dan penyampaiannya lalu aku tulis ulang dengan bahasa sendiri. Perlahan tapi pasti, akhirnya saya pun menemukan gaya menulis surat cinta ala saya sendiri. Lepas dari prokem buku- buku tentang surat cinta. 

Dari situlah akhirnya berkembang minat menulisku, mulai belajar menulis puisi, cerpen dan cerita-cerita lainnya. Kebiasaan menulis cerita ternyata mempermudah saya dalam menulis berbagai makalah kuliah. Dan kini mulai merambah ke jenis tulisan-tulisan lain seperti opini, reportase, wacana dan essay.

Imam Chumedi, KBC-28




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline