Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa Sya'ban merupakan bulan yang ke delapan dalam kalender Hijriyah. Teringat Sya'ban berarti sebentar lagi kita akan memasuki bulan suci Ramadhan.
Sya'ban merupakan salah satu bulan yang baik. Sebagaimana Sabda Rosulullah SAW:"Bahwasannya bulan Rajab itu adalah bulannya Allah, bulan Sya'ban itu bulanku dan bulan Ramadhan itu adalah bulannya umatku".
Bulan Sya'ban diumpakan sebagai bulan "pemanasan" menuju bulan suci Ramadhan. Maka pada saat itu Rosulullah juga memperbanyak puasa di bulan Sya'ban, sehingga mengibaratkan Sya'ban sebagai bulanku (Nabi).
Di bulan Sya'ban ini juga dikenal dengan bulan tutup buku. Bulan dimana catatan amal-amal manusia selama setahun diangkat dan akan dilaporkan malaikat kepada Allah SWT. Maka di bulan ini manusia berlomba-lomba beramal sholeh.
Dalam istilah Jawa bulan Sya'ban lazim dikenal dengan sebutan bulan Ruwah. Penyebutan ini berasal dari makna arwah, dimana di bulan Sya'ban ini, arwah-arwah akan diangkat. Maka lazim dalam istilah Jawa ada tradisi Ruwah atau Ruwatan di bulan ini.
Ragam bentuk tradisi Ruwatan pun lain daerah lain tradisi. Di beberapa daerah tradisi Ruwatan yang dilaksanakan di bulan Sya'ban ini biasanya berupa pembuatan makanan atau sesaji yang dibawa ke kuburan dan dilanjut dengan doa bersama.
Mereka mendoakan para almarhum-almarhumah mereka yang sudah mendahului. Dan makanan atau tumpengan itu pun biasanya dibagikan ke saudara dan para tetangga.
Di daerah lainnya, ketika bulan Ruwah atau Sya'ban sebagian besar masyarakat melaksanakan ziarah ke makam para keluarga, leluhur, walisongo maupun makam para ulama.
Dengan berziarah ke makam-makam orang sholeh tersebut, diharapkan semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT serta mampu meneladani akhlak para ulama dan auliya ini semasa hidupnya.
Biasanya, ketika mulai masuk awal Sya'ban puluhan bahkan ratusan bus rombongan peziaroh sudah memadati parkiran makam para wali. Tapi berbeda situasi dengan keadaan sekarang ini, ditengah pandemi Corona. Ratusan biro perjalanan ziarah Wali Songo, Jawa dan Luar Jawa pun akhirnya gigit jari. Semua jadwal agen biro perjalanan diundur bahkan dibatalkan.
Seperti halnya dengan agenda Majlis Taklim yang saya ampu, yakni majlis Taklim Washilatul Hidayah desa Wangandalem Brebes dan Majlis Taklim Mar'atus Sholihah Kedunguter.