Lihat ke Halaman Asli

khumaediimam

Teruslah menebar kebaikan, karena kebaikan yang mana yang diridhai, tiada kita tahu

Menakar Soliditas Alumni Ponpes Ma'hadut Tholabah Babakan Tegal

Diperbarui: 29 September 2019   20:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Peran serta kepedulian alumni dalam membangun almamaternya tak bisa dianggap sebelah mata. Bahkan sangatlah penting. Terbukti tak sedikit civitas, sekolah atau kampus yang justru besar karena andil yang cukup besar dari para alumninya. Hal ini juga berlaku bagi pesantren. Terkhusus "pesantren tua" di kabupaten Tegal, yakni Ponpes Ma'hadut Tholabah Babakan, Lebaksiu.

Jika merunut pada tahun berdirinya, ponpes Ma'hadut Tholabah Babakan di tahun 2019 ini sudah berumur lebih dari satu abad. Dan telah mencetak ribuan alumni yang tersebar di se-antero Indonesia. Sebagian besar dari mereka menjadi tokoh masyarakat, tokoh agama, pejabat dan pengusaha. Bahkan jika ditelisik di beberapa Kota seperti Tegal, Pemalang, Brebes, hampir bisa dipastikan sebagian besar guru ngaji, guru madrasah, da'i dan takmir masjid adalah dulunya lulusan Ponpes Babakan. 

Namun demikian, ada ironi yang cukup memprihatinkan antara umur pondok yang sudah se abad lebih dengan soliditas alumninya. Jangankan untuk mendatangkan ribuan alumninya, sekedar mengumpulkan ratusan alumni saja, susahnya bukan kepalang. Hal ini nampak saat acara-acara besar pesantren, seperti haul masyayikh pesantren, hampir bisa dipastikan yang hadir tidak sampai ribuan alumni. Apalagi dalam pertemuan rutin alumni. Ironi.

dokpri

"Inilah perjuangan, syukur Alhamdulillah kita masih bisa hadir sebanyak ini. Bayangkan para Rosul dahulu, dakwah hingga ratusan tahun, hanya diikuti oleh segelintir umat" tutur Kyai Mohammad S Baedhowi selaku pengasuh pesantren Ma'hadut Tholabah Babakan Tegal.

Dirinya menyempatkan hadir di acara pertemuan rutin dwi wulan Ittihadul Mutakhorijin Ma'hadut Tholabah Babakan. Kali ini acara rutin itu digelar di kediaman H Khalim, jalan Yos Soedarso no 27 Brebes (29/09). Sedikitnya 30 alumni dari berbagai daerah hadir pada kesempatan itu. 

Turmudzi selaku ketua alumni hanya bisa pasrah. Sudah berbagai cara diupayakan untuk mengumpulkan alumni dari berbagai angkatan, namun hasilnya belum signifikan. Ia berharap agar pertemuan rutin dwi wulan ini tetap terlaksana, apa pun yang terjadi.

dokpri

Sutikno selaku alumni yang sudah bergerak malang melintang di Jakarta, menilai ada perbedaan mindset yang perlu dibenahi oleh para lumni. "Ada beberapa alumni yang sudah antipati terlebih dahulu ketika disambangi, dikiranya mau minta sumbangan, apalagi ketika disodori proposal pesantren. Faktor finansial terkadang membuat alumni enggan berkumpul" ungkapnya.

Berbeda dengan Sutikno, menurut Imam Chumedi, salah seorang alumni dari Brebes, berpendapat bahwa minimnya soliditas alumni karena seolah-olah masih ada sekat antar alumni, antar angkatan. Disamping itu, minimnya komunikasi dan silaturrahim antar angkatan inilah yang harus terus digalakkan. 

"Insya Allah, kalau komunikasi serta silaturrahim sudah terjalin dengan baik antar alumni antar angkatan, jangankan waktu, bahkan finansial pun akan mengikuti dengan sendirinya. Intinya, harus ada yang kober", tutur Imam Chumedi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline