Lihat ke Halaman Asli

khumaediimam

Teruslah menebar kebaikan, karena kebaikan yang mana yang diridhai, tiada kita tahu

"PAIT" Literasi Baru Film Bahasa Ngapak-Brebesan

Diperbarui: 4 Maret 2019   09:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.instagub.com/tag/filmngapak

Satu lagi, PAIT. film berbahasa ngapak akan mewarnai dunia perfilman tanah air. Ya, film pendek yang digawangi sutradara kecil nan kriwil; Audhika Asih Widodo ini mulai beraksi. Film yang digagas oleh komunitas Brebes Indie Movie (BIM) ini cukup memberi warna, terutama bagi para sineas muda di kota Bawang. 

Film ini seolah menjadi pelecut bagi para pegiat film di pelosok desa, bahwa tak ada rotan akar pun jadi, tak ada biaya, sebuah film pun jadi. Gila, satu kata itulah yang terlontar, saat saya melihat launching satu episode penggalan film PAIT, awal maret lalu. Betapa, mereka para sineas muda yang tergabung dalam Brebes Indie Movie telah menorehkan kreatifitasnya. 

Film ini menceritakan pahitnya kehidupan, terutama yang dialami lakon utamanya, Hana dan Helmi. Ya, Hana-Helmi, sepasang muda-mudi yang telah menjalin asmara semenjak di bangku SMA. Hana hanya anak seorang petani bawang. Ia tak melanjutkan kuliah, hanya menunggui toko klontong milik orang tuanya di rumah. Sedang Helmi melanjutkan kuliah, hingga tamat menyandang sebagai Sarjana pendidikan.

Beberapa tahun kemudian, keduanya bertemu kembali dengan suasana yang berbeda. Helmi  sudah mengajar, meski masih GTT (Guru Tidak Tetap) dan Hana masih saja di rumah membantu orang tuanya. Konflik mulai muncul, manakala Hani, adik Hana akan menikah. Sedang adat pedesaan, Kakak perempuan "pamali" ketika dilangkahi adik perempuannya. Hana pun, mendesak keseriusan cinta Helmi padanya. 

Sudah bisa ditebak, apa reaksi Ansor, orang tua Hana. Ia menolak dengan tegas maksud Helmi untuk melamar Hana. Realistis saja, kata Ansor. Menikah dan berumah tangga itu butuh banyak biaya. Ia tak mau, masalah ekonomi yang sudah telah menimpa anak pertamanya, terulang kepada anak gadisnya, Hana. Apalagi, Helmi hanya seorang guru honorer dengan upah hanya cukup untuk makan saja.

Terlepas dari berbagai kekurangan, film ini patut diapresiasi, sebagai pemantik kreativitas sineas muda, khususnya di Brebes dan sekitarnya. Tak bisa dipungkiri, film PAIT nantinya  juga bisa mengikuti jejak bagus film TURAH (film Ngapak-Tegalan) karya Wicaksono Wisnu Legowo yang telah menyabet 3 nominasi sekaligus di tahun 2016, Yakni Geber Award dan Netpac Award pada Jogja Netpac Asian Film Festival, serta Asian Feature Film Spesial Mention di Singapore International Film. Semoga. Bravo Brebes Indie Movie (BIM) yang sering diplesetkan juga dengan  plesetan "Bocah Ingin Maju".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline