Lihat ke Halaman Asli

khumaediimam

Teruslah menebar kebaikan, karena kebaikan yang mana yang diridhai, tiada kita tahu

Animo Mencetak Generasi "Qurani"

Diperbarui: 3 Maret 2019   09:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Era sekarang ini menghafal Al-Qur'an marak di kalangan muslim Indonesia. Antusiasme tak hanya di lingkungan pesantren yang merupakan cikal bakal perintis pembelajaran tahfidz, melainkan di daurah, masjid ke masjid, majlis ta'lim sampai pada lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Hal ini merupakan sesuatu yang positif dan menggemberikan.

Tak hanya itu, apresiasi terhadap penghafal Al-Qur'an pun kian meninggi. Tak sedikit sekolah, lembaga, perusahaan bahkan profesi yang memprioritaskan para penghafal Al-Qur'an. Ada banyak sekolah maupun perguruan tinggi yang memberikan beasiswa khusus bagi siswanya yang hafal Al-Qur'an. 

Begitu juga dalam perekrutan sebuah profesi, tak sedikit yang memprioritaskan para hafidz-hafidzoh. Tentu hal ini tak berlebihan, mengingat betapa mulianya mereka, para penghafal ayat-ayat suci Al-Qur'an.

Maka tak heran bila dewasa ini berkembang pendidikan formal berbasis Al-Qur'an. Lahirlah sekolah-sekolah bernuansa qur'ani. Ada sekolah yang mencantumkasn visi-misinya, yakni siswa lulus, bisa hafal 5 juz, 10 juz atau seluruhnya, 30 juz Al Qur'an. 

Tren semacam ini pun disambut antusias para orang tua. Terlebih di era modernisasi sekarang ini. Era di mana orang tua tak lagi mampu membendung arus milenial-teknologi. Anak-anak hampir tiap saat disibukkan dengan gadget dan medsos (baca: kids zaman now). 

Kehadiran sekolah penghafal Al-Qur'an bak oase ditengah gurun gersang nan tandus. Para orang tua seakan menemukan kesejukan tak terkira. Hafalan qur'an anak-anak mampu menghilangkan haus dan teriknya persoalan-persoalan komplek dewasa ini. 

Namun, satu hal yang perlu kita pahami bersama, yakni animo masyarakat yang begitu besar terhadap Al-qur'an, hendaknya tidak sekedar menjadi dasar produk "marketable" bernama Sekolah Penghafal Al-Qur'an. Sekedar mendidik ana saja, susah. 

Apalagi dibarengi dengan menghafal Al-Qur'an. Maka keliru, bila tren menghafal Al-Qur'an hanya dijadikan slogan atau pemanis sekolah belaka dalam meraup siswa. 

Bagi para orang tua, haruslah betul-betul meluruskan niat dalam menyekolahkan anaknya di sekolah atau lembaga tahfidzul qur'an. Karena pada hakekatnya menghafal Al-Qur'an adalah panggilan jiwa untu senantiasa mengagungkan kalamullah.

Imam Chumedi, S.Sos.I, Da'i Kamtibmas Polres Brebes.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline