Lihat ke Halaman Asli

Bulan Jelek Tanpa Bintang

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Bulan tak pernah tega mengusir bintang dari sisinya. Bintang pun seakan nyaman bersanding dengan ramahnya sinar rembulan. Mereka tetap bersama meski malam tertutup awan. Mereka tetap terlihat rukun tak terpisahkan. Aku ingin menjadi bulan, lalu dia yang menjadi bintangnya. Aku ingin selalu ditemani bintang dalam segala hal. Aku ingin kami tidak terpisahkan. Namun aku selalu mengira perasaanku ini salah. Aku berpikir kalau cinta tak boleh terlalu dalam, kasih tak boleh terlalu banyak dan sayang bukanlah untuk selamanya. Begitu naif aku menilai perasaanku sendiri. Lalu harus bagaimana lagi? Aku seperti putus asa menghadapi segala yang ku rasakan. Aku tak tau harus berbuat apa. Nyatanya, cintaku selalu dalam, kasihku terlalu banyak, dan sayangku untuk selamanya. Bilang saja aku berlebihan, bilang saja aku tak punya logika. Aku tak peduli. Hatiku selalu mengatakan yang sebenarnya. Asal tau saja, aku sudah menahan perasaanku sekian lama. Maka malam ini aku sudah tidak bisa menahannya lagi. Aku tersungkur jauh kedalam kesedihan dan dia tak akan melihatnya jika tak ku tunjukkan. Tapi tentu saja aku tak punya cukup keberanian untuk mengungkapkannya.

Bintang terlalu jauh untuk didekap oleh bulan. Bulanpun tidak bisa mendekati bintang. Mereka hanya bisa bersanding tanpa saling mendekati. Entah apa hubungannya dengan aku dan dia. Aku tidak tahu. Tapi malam ini aku ingin mengusir awan yang menutupi bintang. Karena bulan jelek tanpa bintang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline