Lihat ke Halaman Asli

Dari Mana Datangnya Ide

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Ide itu binatang liar.Cari dan jinakkan!”

—Khrisna Pabichara

Pertanyaan sederhana yang kerap diajukan kepada saya di dunia maya adalah, “Dari mana datangnya ide?” Seperti biasa, selalu saya jawab dengan cara sederhana pula, “Ide bisa datang dari mana saja, kapan saja, dan di mana saja.” Ya, ide tak kenal kompromi. Bisa datang bahkan pada saat yang paling tidak kita duga sama sekali. Karena itu, begitu ide datang, harus segera ditangkap dan dijinakkan.

Kita semua menyadari bahwa aset paling berharga bagi pengarang adalah ide. Semua hasil karya sastra bermula dari ide. Ide membuat apa yang Anda tulis tidak sama dengan yang ditulis oleh orang lain. Manakala tema yang Anda sasar sama dengan topik yang dibahas pengarang lain, maka ide bisa menjadi pembeda.

Jika ada harta paling berharga yang harus Anda kumpulkan sebagai seorang pengarang, maka  tak ada pilihan selain ide. Artinya, semakin banyak ide yang Anda miliki, semakin kaya Anda selaku pengarang. Gelar yang paling mengerikan bagi setiap pengarang adalah miskin ide. Dan perilaku paling memalukan bagi seorang pengarang adalah memalsukan ide (baca: plagiasi).

Ide tidaklah seperti hujan yang bisa tercurah begitu saja dari langit. Kita pun tidak mungkin menjadi pengarang kaya ide hanya dengan merapal mantra sim salabim atau abrakadabra. Jangan jugaberharap menjadi Aladin yang bisa apa saja karena lampu ajaib yang dipunyainya.

Kata kuncinya: ide itu harus dicari.

Ide, konon, bersifat setali tiga uang dengan maling—kerap datang tak diundang, pergi tanpa pamitan. Ia bisa muncul tiba-tiba, kadang hanya sekelebat ketika sedang buang hajat, lagi asyik ngerumpi dengan teman curhat, sedang mengendarai motor atau mobil, saat bekerja, atau kapan saja. Datangnya pun kerap tanpa kabar.

Begitulah. Ide itu bak binatang liar. Maka, tugas pertama Anda—jika bermimpi jadi pengarang—adalah menangkap, menjinakkan, dan mengandangkannya.

Lalu, bagaimana cara mendapatkan ide?

Kita mulai sekarang mencari asal-muasal ide. Ada tiga bekal yang harus Anda siapkan dalam petualangan mencari ide. Pertama, banyak berjalan. Dari bekal ini, Anda akan memperoleh hasil banyak melihatKedua, banyak buku. Lewat bekal ini, Anda harus mengolahnya dengan banyak membacaKetiga, banyak bergaul. Melalui bekal ini, Anda pasti akanbanyak mendengar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline