Beberapa hari yang lalu mendapatkan email dari Tim Nusantara Sehat. Nih artikel yang dikirimkan oleh Bayu dkk.
Kesehatan merupakan salah satu hal penting dalam pembangunan masyarakat. Kementrian Kesehatan RI mencanangkan program yang berfokus pada peningkatan kesehatan masyarakat dengan memberdayaan masyarakat itu sendiri melalui gerakan promotif dan preventif. Pemerintah yakin bahwa Kesehatan masyarakat tidak dapat diatasi hanya dengan tindakan kuratif.
Program unggulan yang dicanangkan Menteri Kesehatan Prof. Dr. Nila Moeloek adalah Nusantara Sehat dengan mengirim Anak-anak muda terbaik bangsa ke daerah-daerah yang termasuk DTPK (Daerah Terpencil, Perbatasan, Kepulauan) dan DBK (Daerah Bermasalah Kesehatan).
Sejak tahun 2015 Provinsi Sulawesi Barat telah ditempatkan 3 tim Nusantara Sehat, dan pada tahun 2016 kembali dikirimkan 7 Tim Nusantara Sehat batch 4 ke Provinsi Sulawesi Barat. Salah satu dari tim tersebut di tempatkan di Puskesmas Karama yang merupakan salah satu katagori puskesmas yang sangat terpencil. Terletak di Desa Karama, Kecamatan Kalumpang, Kabupaten Mamuju. Waktu yang ditempuh dari ibu kota Provinsi menuju Puskesmas adalah kurang lebih 8 Jam melalui jalur darat dan sungai.
Tim Nusantara Sehat Puskesmas Karama terdiri dari 7 orang yaitu drg. Fani Diorita (Dokter Gigi), Ari Putra Pratama (Perawat), Anissa Friega Madyusi (Bidan), I Made Bayu Anggriawan (Apoteker), Dwijayanti Setiarini (Kesehatan Masyarakat), Theresia Aprilia Girsang (Kesehatan Lingkungan), dan Marita Pitasari Simamora (Analis Laboratorium).
Kondisi kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Karama yang paling banyak ditemukan oleh Tim Nusantara Sehat adalah penyakit diare dan penyakit kulit (baik infeksi maupun alergi). Hal itu sejalan dengan keadaan kesehatan lingkungan yang telah diamati selama bertugas. Cakupan masyarakat yang memiliki jamban sehat masih sangat rendah, data yang tercatat pada RISKESDA tahun 2013 cakupannya adalah 50%, tetapi setelah diamati langsung rata-rata masyarakat tidak memiliki jamban dan lebih memilih BAB di sungai. Selain itu beberapa masyarakat yang telah memiliki jamban masih ada yang lebih memilih untuk BAB di sungai. Keterkaitannya dengan sumber air bersih di semua desa adalah berasal dari mata air pegunungan, tetapi air yang mengalir terkadang macet dikarenakan pipa hancur saat tertimbun longsor jika cuaca buruk. Hal tersebut menyebabkan masyarakat mengurungkan niatnya menggunakan jamban pribadinya.
Masalah kesehatan lain yaitu berkaitan dengan Kesehatan Ibu dan Anak. Pada saat melakukan Puskesmas keliling (Pusling) didesa Karama sendiri ditemukan 3 orang balita mengalami gizi buruk, selain itu saat melakukan Pusling ke dusun Salupolin yang hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki, dengan waktu tempuh sampai 5 jam dari Puskesmas, dimana ditemukan juga 1 bayi gizi buruk dengan kondisi infeksi pada kulit dan polip pada gusinya sehingga menyebabkan kesulitan untuk menelan ASI.
Kesulitan akses menuju Puskesmas menyebabkan keluarga bayi tersebut mengurungkan niatnya untuk memberikan pengobatan. Faktor lain penyebab gizi buruk adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang pemberian makanan tambahan (PMT) atau makanan pendaping ASI yang sesuai, sebagai akibat dari kurangnya intervensi dari petugas kesehatan. Hal tersebut juga sebagai akibat dari tidak aktifnya serta tidak bekerjanya Posyandu secara optimum.
Posyandu merupakan salah satu jembatan untuk pemantauan perkembangan Anak melalui Kartu Menuju Sehat (KMS). Selain itu kesehatan ibu selama kehamilan juga menjadi fokus tim NS karena masih sangat rendahnya kunjungan ibu selama kehamilan dan tidak adanya kesadaran ibu akan pentingnya persalinan pada fasilitas kesehatan yang di bantu oleh tenaga kesehatan. Dari hasil wawancara yang dilakukan tim NS terhadap masyarakat ditemukan bahwa adanya budaya bahwa jika melahirkan dengan mengerang kesakitan akan menjadi bahan omongan masyarakat.
Akibatnya banyak masyarakat yang memilih melahirkan dirumah tanpa diketahui orang banyak dan akan memanggil Dukun/Bidan jika telah selesai proses persalinannya. Dari data dan wawancara yang kami peroleh ditemukan 1 Ibu meninggal saat persalinan tahun 2014. Diketahui pasien bersalin dirumah tanpa bantuan tenaga kesehatan.
Bulan Desember 2016 saat melaksanakan Pusling ke desa Sandapang yang di tempuh dengan 2 jam perjalanan melewati Gunung sandapang yaitu ikon kota Mamuju, ditemukan 1 pasien penyakit Tuberkulosis (TB) dengan riwayat gagal pengobatan tahap pertama. Penyakit TB sebenarnya dapat disembuhkan dengan pengobatan rutin selama 6 bulan dan berkaitan dengan kepatuhan pasien untuk minum obat. Akhir bulan sebelum kami sempat mengusahakan pengadaan obat TB lanjutan ke Dinas Kesehatan diketahui pasien telah meninggal dunia akibat infeksi penyakit tersebut.