Lihat ke Halaman Asli

Khoza Inil

Universitas Airlangga

Fenomena Manusia Silver Setelah Pandemi Covid-19 Melalui Pendekatan Teori Difusi

Diperbarui: 27 November 2022   08:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Masyarakat memiliki kondisi sosial yang berbeda-beda dalam kehidupannya. Salah satunya yakni manusia silver yang biasanya keberadaannya di lampu merah. Manusia silver merupakan sebuah akibat dari banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan karena adanya pandemi covid-19 kemudian memilih menjadi seorang manusia silver di perempatan. Dalam hal ini manusia silver yang sering kita temui di lampu merah biasanya anak-anak, remaja, maupun dewasa. Mereka rela mewarnai seluruh tubuhnya dengan bubuk atau cairan silver serta biasanya mereka hanya menggenakan celana pendek hitam dan bertelanjang dada. Di bawah teriknya matahari tidak membuat mereka takut akan panasnya siang bahkan terkadang tidak menggunakan alas kaki.

Manusia silver awal mulanya dari salah satu komunitas bakti sosial terhadap orang yang membutuhkan atau kurang mampu. Adanya pandemi covid ini membuat pergerakan manusia silver berkurang karena adanya PSBB. Namun, setelah pandemi surut tak berselang lama manusia silver beroperasi lagi dengan beralasan bahwa telah vaksin. Lalu ada hal memprihatinkan yang terjadi kenyataanya manusia silver tidak hanya terjadi pada anak-anak atau orang dewasa melainkan ada juga bayi yang dijadikan sebagai manusia silver juga. Di bawah terik matahari bayi tersebut diajak oleh orang tuanya dalam keadaan panasnya terik matahari serta banyak asap dari kendaraan yang tidak bagus pada kesehatan bayi.

Fenomena manusia silver ini memiliki banyak anggapan tentang keprihatinan dimasyarakat karena tindakan manusia silver ini bukan sebuah budaya yang positif namun bentuk "mengemis dengan gaya baru". Kegiatan ini dalam pendekatan difusi memiliki makna bahwa perubahan yang terjadi pada manusia silver terjadi secara perlahan-lahan. Pada lampu merah manusia silver membawa sebuah wadah dan mengahmpiri satu persatu pengendara yang berhenti dilampu merah tersebut. Hal ini, memiliki tanggapan bahwa manusia silver bukanlah hiburan melainkan kegiatan yang meresahkan. Karena keberadaan manusia silver ditemukan tidak sekali namun berkali-kali diperjalanan ketika lampu merah.

Keberadaan manusia silver sangat menganggu ketertiban kota ketika lampu merah, karena menurut para pengendara manusia silver menambah suasana hiruk pikuk dikala kemacetan. Tetapi, keberadaan manusia silver ini juga memberi kerisauan dalam masyarakat karena dianggap bisa menularkan covid-19. Meskipun terdapat kontra, ada pula yang menganggap manusia silver sebagai kreativitas yang menarik simpati dan kemudian memberikan sejumlah uang pada tempat yang dibawa mereka.

Manusia silver yang menganggap ini sebagai mata pencaharian tapi mereka juga menghiraukan dampak yang akan terjadi jika memakai bubuk silver terus menerus. Awalnya terasa perih dan panas namun berselang lama mereka menikmati profesi ini guna mencukupi kebutuhan sehari-hari. Walaupun, manusia silver telah divaksin tidak menutup kemungkinan virus covid ini masih bisa terjadi.

Pada akhirnya profesi manusia silver bukanlah yang baik dan diperbolehkan sebab membahayakan kesehatan serta keselamatan. Jika masyarakat ada yang mengalami kehilangan mata pencaharian karena akibat adanya pandemic covid-19 dihimbau tidak menjadikan manusia silver sebagai profesi tetap. Hal itu dalam pendekatan teori difusi kesannya mereka mengemis dengan hal gaya baru dengan penghasilan yang tak seberapa. Oleh karena itu, pemerintah harus lebih peduli dalam membantu mengenai fenomena permasalahan sosial manusia silver yang terjadi. Pemerintah seharusnya mengadakan pelatihan dan penyuluhan,untuk mengembangkan inovasi lapangan pekerjaan. Karena adanya lapangan pekerjaan yang banyak profesi manusia silver tidak akan berkembang menjadi lebih banyak lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline