Munculnya berbagai macam permasalahan di masa pandemi kali ini, memunculkan juga banyak diskusi terkait solusi akan permasalahan tersebut. Misalnya saja muncul masalah seperti kecemasan, kerentanan stres, manajemen waktu yang buruk, dan lain-lain. Kemudian muncul beragam diskusi semacam kiat-kiat manajemen stres, upaya menjaga produktivitas di tengah pandemi, atau semacamnya.
Mental yang sehat memang sangat diperlukan di tengah pandemi seperti saat ini. Karena mental yang sehat akan berpengaruh terhadap sehatnya tubuh. Seperti yang pernah dosen saya katakan, Pak Nur Muhlasin, bahwa kesehatan mental dan fisik itu saling mempengaruhi satu sama lain.
Sudah kita ketahui bahwa seseorang bisa dengan mudah tertular virus Corona salah satunya disebabkan oleh sistem imun yang kurang baik. Dalam artian kesehatan fisiknya dalam kondisi yang tidak baik. Menurunnya kualitas kesehatan fisik bisa saja disebabkan oleh banyaknya beban mental (mental illness). Maka dari itu, perlu untuk kita betul-betul menjaga kualitas kesehatan mental kita di tengah pandemi ini.
Mungkin di antara kita sudah tidak asing dengan pengelolaan stres, berpikir positif, relaksasi, atau hal sejenisnya. Itu semua merupakan upaya untuk menjaga kesehatan mental. Namun, ada satu istilah yang saya kira belum sefamiliar dengan istilah-istilah yang disebutkan tadi yaitu psikologi pemaafan.
Apa itu Psikologi Pemaafan?
Menurut definisi saya pribadi, psikologi pemaafan bisa disebut sebagai teknik psikologi dalam upaya memaafkan diri sendiri dan/atau orang lain untuk mencapai kesejahteraan.
Kuliah psikologi pemaafan ini saya dapatkan dari Drs. Asep Haerul Gani, psikolog, di luar perkuliahan akademik saya. Saat itu beliau tidak menjelaskan definisi psikologi pemaafan secara spesifik, tapi lebih fokus pada makna dari pemaafan itu sendiri. Dalam teori psikologi pun demikian.
Pemaafan diartikan sebagai tindakan inisiatif yang memerlukan kesadaran, prinsip, dan pemikiran yang tepat. Pemaafan bukan suatu tindakan reaktif, atau tindakan yang sama seperti tindakan orang lain terhadap diri kira. Pemaafan disini lebih mengutamakan kasih sayang pada diri sendiri dibandingkan orang lain yang sudah berbuat jahil.
Pemaafan atau memaafkan berbeda dengan melupakan dan mengabaikan. Pun berbeda dengan pemakluman dan pembiaran. Karena dalam psikologi memaafkan dipandang sebagai upaya mengingat dengan kesadaran penuh, tetapi tidak memicu pengalaman, perasaan, dan reaksi buruk yang pernah terjadi. Sehingga emosi lebih dapat dijaga, dan tentunya berpengaruh terhadap kesehatan mental juga.
Hal yang perlu kita ingat yakni pemaafaan bukanlah suatu sifat, melainkan kompetensi. Artinya, seseorang bisa melakukan pemaafan tidak terjadi secara alamiah. Tapi diperlukan adanya latihan secara kontinyu dan intensif pastinya.
Tahap-tahap Pemaafan