Lihat ke Halaman Asli

Husnul Khotimah

Mahasiswi di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Peran Santri Terhadap Indonesia

Diperbarui: 16 Oktober 2022   23:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Banyak yang memandang sebelah mata terhadap para santri yang hanya belaja tentang keagamaan dan selalu melulu berpikir tentang akhirat. Padahal dari zaman dahulu peran umat muslim termasuk para santri dan ulama cukup besar untuk kemerdekaan Indonesia.pada tanggal 22 ooktober 1945  Syeikh Hasyim Asyari sebagai pendiri NU mengeluarkan fatwa bahwa kaum muslimin wajib untuk berjihad. Dan jika ada yang meninggal karena berjihad maka ia akan di golongkan mati syahid.

Fatwa tersebut mengobarkan semangat juang para santri dan ulama. Mereka kemudian berbondong-bondong berangkat ke Surabaya untuk bertemu hajaratus Syeikh Hasyim Asyari dengan berbekal ilmu kanuragan dan bela diri mereka berjuang melawan belanda.

Resolusi jihad ini sangat cepat menyebar ke seluruh lapisan masyarakat dari masjid ke masjid oleh masyarakat Surabaya. Pertempuran besar pertama yaitu pertempuran 10 November 1945  yang diawali oleh perlawanan masyarakat surabaya terhadap brigade 94 sekutu pimpianan brigjen AWS Mallaby adalah salah satu dampak yang langsung terasa dari Gerakan resolusi jihad tersebut.

Perlawanan ini dilatarbelakangi oleh kemarahan masyarakat terhadap provokasi-provokasi sekutu yang menduduki objek-objek vital di Surabaya seperti lapangan terbang tanjong perak, kantor radio Surabaya, pusat kereta api, hingga menyerobot kantor polisi RI dan penjara Bubutan.

Kegeraman rakyat semakin memuncak Ketika pesawat inggris menyebarkan pamflet berisi ultimatum yang meminta masyarakat dan pemuda untuk menyerahkan senjata mereka kepada sekutu mereka juga mengancam akan menghukum mati siapapun yang melanggar ultimatum tersebut. Perlawanan rakyat masyarakat Surabaya tersebut pasukan AWS Mallaby terjadi selama tiga hari. Dalam pertempuran ini banyak kaum santri dan pengikut NU yang terlibat dalam pertempuran di Jembatan Merah, Wonokromo, Waru, Buduran dan daerah-daerah lain di Surabaya.

Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan besar rakyat Surabaya, pertempuran ini juga menewaskan brigjen AWS Mallaby. Hingga saat ini kematian Mallaby masih diselimuti misteri. J.G.A Parrot dalam tulisannya yang berjudul 'who killed brigadier Mallaby?' Bahwa jenderal Inggris itu tewas ditembak oleh seorang pemuda Surabaya dari jarak dekat. Sementara des alwi dalam bukunya yang berjudul pertempuran Surabaya November 1945 mengatakan bahwa AWS Mallaby tewas akibat tertembak salah sasaran dari salah satu prajuritnya sendiri.

Kematian AWS Mallaby bukanlah akhir dari perjuangan rakyat Surabaya. Pertempuran tiga hari tersebut kelak memicu terjadinya pertempuran yang lebih besar yang puncaknya terjadi pada 10 November 1945.

Resolus jihad yang diterbitkan oleh PBNU faktanya memiliki dampak yang cukup signifikan di hari-hari berikutnya. Pasalnya pasca pertempuran tiga hari di Surabaya resolui ini Kembali di gelorakan di acara muktamar umat islam Indonesia yang diselenggarakan oleh partai masyumi di Yogyakarta pada 7-8 november 1945. Selain menandai telah berakhirnya ormas masyumi menjadi partai politik, muktamar di Yogyakarta ini juga menghasilkan program perjuangan yang antara lain terealisasi dalam pembentukan pasukan non-reguler yaitu pasukan fi sabilillah. Lascar ini dipimpin oleh tokoh senior NU berrnama KH. Masjkur yang menjabat sebagai menetri agama pada tahun 1947-1949. Berbeda dengan laskar hizbullah yang dibentuk atas kerja sama jepang dan para Kiai, laskar fi sabilillah tak memiliki asal-usul resmi sama sekali, tak memiliki Latihan militer formal dan tak terorganisasi, laskar ini terbentuk secara sporadis dan dipimpin oleh para kiai desa. Meski begitu, keduanya sama-sama berperan dalam pertempuran-pertempuran besar 10 november.

Atas peran dari resolusi jihad tersebut wacanan untuk menetapkan hari santri nasional pun baru pertama kali dibahas pada tahun 2015. Wacana ini berawal dari janji presiden joko Widodo saat berkampanye pada pemilu 2014. Awalnya, pemerintah mengusulkan hari santri nasional diperingati setiap tanggal 1 Muharram dalam sistem penanggalan islam. Akan tetapi, usulan di tolak oleh PBNU. Akhirnya, melalui keputusan presiden (keppres) nomor 22 tahun 2015, pemerintah menetapkan 22 Oktober sebagai hari santri nasional. 

Terlepas dari aspek politik yang menyertainya, resolusi jihad yang menajadi cikal bakal di resmikannya hari santri pada 22 Oktober faktanya menjadi simpul penting yang membangkitkan semangat nasionalisme kaum santri. Keterlibatan kaum sarungan dalam pertempuran tiga hari di Surabaya juga menjadi bukti adanya pertalian era tantara jihad membela tanah air dan jihad membela agama. Sayangnya, keterlibatan para santri dalam usaha mempertahankan kemerdekaan tak terlalu banyak diungkap dalam buku-buku ssejarah perang revolusi Indonesia. Maka dari itu, peringatan hari santri setiap tanggal 22 oktober ini dapat dijadikan momen mengingat kontribusi kaum santri dalam memerdekakan Indonesia dari penjajahan para sekutu.

Sejarah telah mencatat bahwa para santri telah memberikan hidupnya unutk mempertahankan Indonesia dari serangan para penjajah dan mewujudkan cita-cita bangsa untuk merdeka. Para santri bergabung dengan seluruh elemen bangsa yang lain untuk melawan penjajah. Dengan Menyusun kekuatan di daerah terpencil, mengatur strategi dan mengajarkan kesadaran tentang arti kemerdekaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline