Lihat ke Halaman Asli

Sejak Dulu

Diperbarui: 22 November 2017   01:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di ujung pantai pulau jawa aku menikmati indahnya senja sore, ombak yang beradu dan mulai mengikis batu karang disekitar pantai. Suasana yang jarang ku temukan ini seakan sedikit membuatku lupa akan masa lalu yang selalu membayangiku hingga sekarang. Diawal tahun 2016, aku sedang mengikuti kegiatan malam kearaban yang rutin diadakan setiap tahun di Jurusan kuliah yang tengah kutempuh.
Cukup lama aku berada diatas batu-batu pantai itu, dan mulai memperhatikan dua ekor kerang yang berjalan bersamaan diantara pasir yang mungkin begitu luas bagi mereka. Iri rasanya melihat kehidupan sederhana kerang kecil itu dengan teman hidupnya setia menemani. Ah sudahlah ku mulai kembali mengingat masa-masa yang sempat membuatku buta dan gila sesaat. Hampir tiga tahun aku terjerumus cinta buta itu, dan kini sedikit demi sedikit tapi pasti perasaan itu mulai memudar.


Di malam hari, aku dan teman-teman lain dari berbagai angkatan disungguhkan dengan ilmu-ilmu dan pengalam dari para alumni dan beberapa teman kami yang memiliki sesuatu yang dapat diceritakan sebagai informasi dan inspirasi kami. Beberapa cerita pengalaman pribadi alumni cukup membuatku termotivasi dan selanjutnya kami ditontonkan film pendek yang bercerita tentang seorang anak yang berkebutuhan khusus tetapi memiliki bakat tak terduga, sungguh iri aku padanya sebab aku merasa belum menemukan bakatku yang sebenarnya. 

Dibalik film itu ternyata teman-teman seangkatanku yang membuatnya. Aku mulai terpanah oleh salah satu sosok yang membuat film pendek itu, dengan penuh percaya diri dan jelas ia ceritakan proses pembuatan ,cerita dan tujuan mengangkat film tersebut.


Sudah lama rasanya tidak merasakan ketertarikan lebih seperti ini. Aku mulai ingin tahu lebih dengan dia, hingga ku bercerita dengan sahabatku. Selama ia mempresentasikan film pendek inspirasi itu aku fokus tidak hanya tentang filmnya tapi sosoknya yang mulai membuatku merasakan hal berbeda sampai akhirnya aku tahu namanya yaitu Maxi.


Maxi ternyata adalah mahasiswa angkatan yang sama dengan aku tapi dari kelas yang berbeda, kenapa selama ini aku tidak menyadarinya? Mungkin karena sejak lulus SMA aku bukan wanita yang begitu peka lagi dengan perasaan semacan ini karena keterpurukan yang bertubi-tubi menghampiriku saat itu. Dulu saat semester awal ternyata ada teman kelas yang menyukaiku dengan begitu "jelas" tapi aku tidak menyadarinya dan aku baru sadar setelah sahabatku menceritakanya.


Maxi kamu mulai membuka perasaan yang sudah sejak lama tertutup ini, berharap dapat mengenalmu lebih dekat tapi apa daya kita bertemu mungkin hanya ditempat ini. Aku dengan begitu senang menceritakan rasa ketertarikan dan penasaran kepada sahabatku. Sudah lama sekali rasanya aku tidak seperti ini. Benar-benar malam keakraban, malam dimana aku menemukan dia.


malam mulai berlalu dengan begitu cepat, rasa penasaran itu masih begitu besar tapi aku sadar tidak mungkin bisa lebih dekat dengan dia. Pertemuan malam ini aku anggap mimpi indahku, karena ini hanya sementara dan sesaat. Aku tidak mau begitu berharap lagi dengan berbagai hal yang tidak pasti lagi, cukup jalani apa adanya dengan berpikir positif.


Beberapa bulan telah berlalu dan aku mulai merasakan kehampaan yang menyebalkan itu lagi, tapi semua harus terus berjalan. Semester selanjutnya mulai ku jalanin dengan beberapa teman baru yang belum begitu ku tahu karena kami terbagi menjadi dua jurusan atau peminatan. Saat aku pergi keluar kampus dengan beberapa temanku untuk membeli makanan, kami berpapasan dengan teman laki-laki kami.

 Aku mulai terkejut saat mengetahui sosok yang begitu jelas ku ingat, aku mulai bertanya pada sahabatku apakah iya dia sekelas juga dengan ku? dan ternyata benar,  ia kini sekelas denganku. Saat mengetahui hal itu rasanya aku hidup di FTV, karena harapan dan doaku terkabul, dikabulkan! Apa ini mimpi? Begitu senang rasanya mengetahui hal itu, hampir seharian aku tersenyum dengan rasa tidak menyangka dan bertanya-tanya dalam hati "ini benar terjadi?". Memang terasa berlebihan tapi aku hanya ingin meyakinkan saja bahwa ini bukan hanya ilusi atau halusinasiku semata.


Dikelas aku mulai memperhatikan Maxi, aku ingin tahu kepribadiannya, cara berpikirkanya, cara berbicaranya, dan masih banyak lagi yang ingin ku ketahui. Setelah sedikit demi sedikit aku mulai tahu, dan mulailah hati ini terjatuh padanya. Tapi dari sisi yang kusukai tentangnya, ternyata dia laki-laki yang cukup dingin, baik itu ke teman sesama laki-laki maupun ke wanita. Maxi benar-benar berbeda dari teman-teman laki-laki dikelasku. Walaupun dia begitu dingin, tapi dia bertanggung jawab, dan berjiwa sosial.


Dari berbagai tugas kelompok, Maxi memiliki andil besar didalamnya yang mungkin tanpa ia belum tentu terselesaikan. Ditambah ia memiliki kegiatan sosial di luar kegiatan kampus yang membuatku tambah jatuh hati dan kagum dengannya. Tindakan sederhana yang akan mengubah dunia, itu yang bisa ku lihat darinya. Terkadang aku ingin bersama melakukan kegiatan-kegiatan positif itu tapi rasanya ragu, aku takut ia tidak suka dengan kehadiranku bahkan mungkin menggangunya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline