El Clasico pada Senin (3/2/2020) dinihari WIB akhirnya dimenangkan Real Madrid 2-0. Kemenangan Madrid atas Barcelona tak lepas dari menggigitnya Madrid di babak kedua.
Bermain di kandang sendiri, Madrid terlihat kerepotan di babak pertama. Mereka hanya memiliki satu peluang mencetak gol. Sementara, Barcelona memiliki tiga peluang mencetak gol. Dari semua peluang dari dua kubu itu, tak ada yang berbuah gol. Babak pertama berakhir 0-0.
Di babak kedua, semua berubah. Madrid bermain lebih menggigit. Di awal-awal babak kedua, Madrid berani lebih menyerang ke pertahanan Barcelona. Umpan satu dua di babak kedua juga lebih berhasil. Salah satu bukti lebih menggigitnya Madrid adalah ketika tendangan Isco nyaris membobol gawang Barcelona di menit 50-an. Setelahnya, sundulan Isco juga nyaris menjadi gol jika tak ada Gerard Pique di garis gawang.
Madrid juga lebih bisa melakukan pressing pada para pemain Barcelona. Buktinya beberapa kali di babak kedua para pemain Barcelona kehilangan bola. Mungkin ini adalah efek pressing yang dilakukan Madrid. Madrid melakukan pressing sejak di tengah lapangan. Imbasnya, para pemain tengah Barcelona tak berkembang.
Pertahanan Madrid di laga itu juga cukup bagus. Sejak babak pertama, Madrid merapatkan barisan pertahanan dengan luar biasa. Messi pun tak bisa berkutik. Di babak kedua, pertahanan yang bagus itu dilanjutkan dengan baik.
Sulitnya Barcelona mengobrak-abrik pertahanan Madrid membuat Setein, pelatih Barcelona, memasukkan Braithwaite. Baru beberapa menit masuk di babak kedua, Braithwaite membuat peluang untuk mencetak gol setelah memanfaatkan kecepatannya. Namun, tak berapa lama, kelengahannya menutup celah di belakang membuat Madrid bisa mencetak gol.
Menit 71 Vinicius mampu menjebol gawang Barcelona setelah dia tak terkawal di sisi kanan pertahanan Barcelona. Pique pun terlihat kebingungan apakah ingin menutup ruang umpan atau ruang shooting Vinicius. Bola tendangan Vinicius mengenai kaki Pique dan merobek jala Barcelona.
Tertinggal satu gol, Barcelona berusaha membalas. Namun, bagusnya pertahanan Madrid membuat Barcelona kesulitan. Di akhir laga ketika Barcelona asyik ingin menyamakan kedudukan, Madrid melakukan serangan yang berbuah gol melalui Mariano Diaz.
Keberhasilan Madrid ini tak lepas dari taktik jitu Zidane di babak kedua. Selain berani menyerang, Madrid juga melakukan pressing ketat sejak di pertengahan lapangan. Imbasnya, pemain seperti De Jong dan Busquets tak berkembang. Ketika Ivan Rakitic dan Ansu Fati dimasukkan di menit 81, sudah tak bisa lagi membantu Barcelona.
Pertahanan Madrid juga bermain bagus. Pertahanan yang kokoh dari Madrid membuat Barcelona kewalahan mencetak gol. Satu lagi pemain yang menonjol dari Madrid adalah Federico Valverde yang jadi pemain terbaik dalam laga itu (versi LaLiga). Beroperasi di sisi kanan, Vaverde mampu meredam agresivitas Jordi Alba.
Kemenangan atas Barcelona bukan hanya soal gengsi, tapi juga membuat Madrid kembali berada di puncak klasemen sementara Liga Spanyol. Madrid kini memiliki 56 poin dari 26 laga. Madrid unggul satu poin dari Barcelona yang ada di posisi dua. (*)