Lihat ke Halaman Asli

Kholilul Rohman Ahmad

Publikasi merdeka dan beradab

Pandangan Cak Imin Terhadap Tol Laut

Diperbarui: 6 November 2015   09:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Deklarasi Laskar Aswaja, 18 Maret 2012. A Muhaimin Iskandar, Ketua Umum DPP PKB"][/caption]Alhamdulillah! Proyek Tol Laut sudah dimulai. Ayo! Dukung program ini untuk pemerataan pembangunan Indonesia. Sebagai negara kepulauan, hanya laut menjadi penghubung antar pulau yang murah dan sudah tersedia.

 Nah, tugas kita memperdayakan pelabuhan-pelabuhan yang sudah ada agar konektifitas antar pulau terjamin. Jika hanya mengandalkan jalan darat, seperti jalan raya atau rel kereta api, maka itu hanya bisa terpusat di pulau-pulau besar besar. Pembangunan akan lambat karena sulit menyentuh pulau-pulau kecil. Bayangkan kita punya 17.000 lebih pulau. Sehingga pembangunan pelabuhan-pelabuhan adalah jawaban jitu agar laut justru sebagai pemersatu.

 Tanpa Tol Laut, kesimbangan pembangunan jomplang antara Jawa dan pelosok terpencil di pulau-pulau yang tersebar di Nusantara. Tol Laut juga akan mengurangi disparitas harga yang melangit antara di Jawa dan di timur Indonesia. Coba tanyakan ke kader kita di Papua, berapa harga semen per zak di sana? Bisa mencapai IDR 2 juta/zak kalau di pedalaman. Sementara di Jawa, contohnya, kita bisa beli semen hanya seputaran IDR 65.000-70.000/zak. Mosok di Papua sampai IDR 2juta? Gimana kita akan mempercepat pembangunan?

Makanya, Tol Laut adalah jawaban jitu untuk kondisi negara kita yang ditakdirkan Allah sebagai negeri kepulauan. Laut yang kita punya adalah penghubung antar saudara, bukan pemisah saudara-saudara kita di 17.000 pulau yang kita miliki. Jangan dibalik!

Lha wong Allah sudah menyediakan laut untuk dilayari. Bukan bikin jalan di atas laut dan berbayar. Mosok jalan begitu saja kok pakai bayar segala. Makanya kita dukung pembangunan dan perbaikan pelabuhan-pelabuhan di Nusantara. Bukan bikin jembatan! Jembatan itu mahal dan riskan. Apalagi jarak antar pulau di nusantara cukup lebar. Ditambah negeri kita rawan gempa (ring of fire).

Daripada membangun jembatan harganya puluhan atau ratusan triliun, mending (lebih baik) memperbaiki pelabuhan dan memodernisasi kapal-kapal. Langkah ini jauh lebih murah dan efisien. Jangan semata lihat Tol Laut sebagai program Pak Presiden Joko Widodo semata. Tapi ini memang kebutuhan kita sebagai negeri maritim.

Kita punya 17.000 lebih pulau. Tersebar kecil-kecil di barat, di timur Indonesia. Mosok mau bikin jembatan? Kalo ada yang protes: "ada dalilnya 'gak Tol Laut?" Ada! Suruh baca kitab Asybah wa Nadza'ir karya As-Sayuti. Di kitab As-Sayuti disebutkan bahwa "amal perbuatan yang berlanjut diutamakan atas amal perbuatan yang terhenti". Amal yang berlanjut itu kata orang santri Jawa disebut 'sumrambah olehe migunani' (bermanfaat terus-menerus).

Artinya apa? Amal kebajikan yang berlanjut itu yang kegunaannya dirasakan oleh orang lain dalam jangka panjang. Lalu amal perbuatan yang terhenti itu apa? Amal perbuatan yang terhenti itu adalah yang manfaatnya hanya kembali kepada diri si pelaku.

Kesimpulannya, membangun Tol Laut adalah amal kebajikan yang berlanjut. Jadi bikin Tol Laut itu keputusan yang mengikuti kepentingan rakyat, sesuai dengan maqalah ulama “Tasharruful imam ‘ala raiyyah manutun bil maslahah". Bahwa segala kebijakan pemimpin harus disandarkan bagi kesejahteraan rakyat. Tol Laut adalah untuk kesejahteraan rakyat.

 --A Muhaimin Iskandar, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). [a]cakiminpkb

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline