Lihat ke Halaman Asli

Menolehlah Sekali Saja

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kita tidak lagi berbicara soal senja, ini lebih dari itu.

Kemarin, aku menemukanmu dalam sosok seorang gadis belia saat tengah termenung menunggu senja. Aku fikir itu jelmaanmu. Aku mengikutinya sampai tikungan ketiga. Tidak ada ragu, aku yakin itu jelmaanmu, wajah kalian sama. Sampai akhirnya aku tersadar setelah tikungan ketiga hanya ada sebuah lapangan bola kosong. Aku kira gadis itu menyamar menjadi tiang bola, aku tetap menunggunya. Aku berharap dia segera keluar dari penyamarannya.

Lebih dari tiga jam aku duduk seorang diri di sudut paling timur lapangan itu, menanti sosoknya menjelma kembali menjadi kamu. Sampai akhirnya malam tiba, hanya kudapati kunang-kunang yang menyapa lamunanku tanpa suara. Aku fikir itu kamu. Aku mengikuti mereka hingga ke tengah hutan.

Sesampainya di hutan, aku kembali melihat ssosok gadis belia yang aku ikuti sore tadi.

Beruntunglah malam itu tengah bulan purnama, aku dapat melihat gadis itu berjalan pelan melewati semak belukar. Dia akhirnya berhenti dan duduk di depan pohon jati besar. Kali ini aku tak ingin kehilangan jejaknya. Tubuhnya tampak bercahaya mengenakan jubah putih. Rambut panjangnya melayang terkena terpaan angin, sama seperti saat aku melihatmu di alam mimpi. Tubuhku menggigil terkena embusan angin kencang menembus kain titis yang aku kenakan. Aku terus berjalan mendekatinya.

Aku berhenti sejenak, menyapanya dari jarak sekitar tiga meter tapi dia tak kunjung menoleh.

Aku yakin itu jelmaanmu, suara tangisan kalian sama. Perlahan aku mulai mendekat, dengan pelan aku memegang punduknya. Aku menyapa dengan nada lirih.

Aku hanya bisa tertegun ketika dia menoleh. Kakiku gemetar melihat sosoknya, satu bola matanya jatuh menggelinding mengenai kakiku, sementara yang satunya mengucurkan darah segar.

"Oh Tuhan, ini buruk!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline