Lihat ke Halaman Asli

Kotoran Manusia Pencetak Rupiah

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Dewasa ini persaingan bisnis semakin ketat dan terkadang dilakukan dengan tidak fair atau secara tidak sehat, saling menjegal dan memfitnah. Siapa yang tidak kuat akan tersingkir dan habis. Entah hal itu terjadi karena tuntutan ekonomi yang semakin tinggi atau dengan alasan apapun, yang jelas hal itu adalah salah.

Hampir tiap bulan diberbagai pelosok negeri bermunculan pebisnis-pebisnis baru yang saling berlomba berebut pasar, apalagi sekarang ini, banyak enterprenuer muda yang mulai berani menunjukkan eksistensinya didunia bisnis. Hal ini juga dibarengi bermunculannya seminar-seminar bisnis yang mendorong keberanian seseorang untuk berwiraswasta, banyak juga sekolah-sekolah yang mulai membuka jurusan baru dibidang bisnis.

Hal ini sangatlah positif dimana lahan pekerjaan semakin lama semakin menyempit, ditambah tiap tahun banyak terlahir pengangguran baru yang berijazah yang hanya mampu mengharapkan dari lamaran pekerjaan atau mendaftar sebagai PNS.

Bahkan sekarang ini muncul opini masyarat tentang mencari pekerjaan berubah menjadi membeli pekerjaan, sungguh sangat ironis keadaan negeri kita ini.

Oleh karena itulah pemerintah kita berupaya keras mendorong masyarakat khususnya kaum muda untuk menjadi seorang pengusaha muda dengan mengucurkan kredit berbunga rendah, namun hal ini juga dirasa kurang bagi masyarakat, karena dilapangan kenyataan yang terjadi adalah kapitalisme yang merajalela, pengusaha besar dengan power raksasa dengan perlahan mulai menggusur usaha kecil menengah, menekan laju pertumbuhan dengan persaingan modal sehingga banyak dari UKM-UKM yang gulung tikar, dan hanya beberqapa dari mereka yang kreatif dan mampu membaca pasar lah yang mampu bertahan dari gesekan kapitalis moderat.

Kemampuan Membaca Pasar Mempengaruhi Hasil

Selain modal, kreatifitas, ada hal yang sangat penting dimiliki oleh seorang pebisnis unggulan, yaitu kemampuan mencari peluang atau membaca pasar. Karena meskipun kita mempunyai modal besar tapi tak mampu membaca pasar, kita hanya akan membuanguang secara percuma, karena sudah dapat dipastikan hal itu akan sia-sia tanpa pengetahuan pasar dan peluang yang memadai.

Apalagi fenomena yang berkembang dimasyarakat kita ini adalah Plagiatisme, hanya meniru yang sudah ada, tidak ada salahnya meniru hal baik, tapi dalam bentuk usaha, meniru yang baik adalah meniru yang kreatif. Kita bisa menambahi ataupun mengurangi hal yang sudah ada tersebut sehingga lahir kreasi baru yang menunjukkan diferentsiasi, yang sehingga diharapakan semakin memperkecil persaingan tidak sehat dan menumbuhkan persaingan yang bersih karena adanya dorongan untuk lebih kreatif jika tidak ingin tergeser dari pasaran.

Kreatif tidak berarti harus mahal, tidak harus sekolah di perguruantinggi untuk mampu membaca pasar, hanya butuh kesadaran dan kecermatan, kita mampu menuai hasil yang memuaskan. Sebuah contoh adalah usaha penyedot kotoran manusia.

Siapa sangka kotoran manusia bisa bernilai dan mampu menghasilkan rupiah yang tidak sedikit. Sebuah hal yang kita rasa tidak akan ada yang tertarik, selain karena baunya yang tidak enak sekaligus menjijikan, ternyata mampu mendatangkan penghasilan dan memberi lapangan pekerjaan bagi orang lain sehingga kebutuhan pun mampu tercukupi. Hal ini menunjukan kemampuan membaca peluang dari pelaku bisnis tersebut pada masa persaingan sekarang ini.

Coba kita bayangkan, jika setiap hari melakukan penyedotan per rumah dihargai minimal 500ribu dikalikan 7 hari seminggu adalah 3,5 juta. Sudah berapa orang yang mampu dinafkahi dengan penghasilan tersebut. Apakah ada manusia di planet ini yang tidak buang hajat tiap hari? Bahkan bisa sampai tiga kali per hari untuk buang hajat. Ini adalah keunikan abad ini, bahkan kotoran manusia pun mampu mencetak rupiah.

Terakhir penulis ingin berpesan utuk para enterprenuer muda, free your mind and keep it real.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline