Lihat ke Halaman Asli

Kholikul Hairi Darojat S.E

Pejuang adalah pemikir

Jiwa Intelektual, Sosial dan Spiritual dalam Pergerakan

Diperbarui: 14 April 2021   03:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Intelektual, Sosial dan Spiritual.

Satu pepatah yang biasa kita dengar dari mulai sekolah hingga saat ini dikatakan bahwa "Pengetahuan adalah kekuatan, tapi karakterlah yang sangat menentukan". Kalimat ini menjelaskan dan memberi satu ibroh agar kita tidak hanya menjadi seorang yang teoritis, yang berpandangan sempit dan kolot, agar kita tidak hanya berkutat pada pemikiran yang textbook saja, melainkan agar kita terus mengkaji diri kita, menggali potensi diri kita, serta memperbaiki karakter kita. Agar kelak, kita dapat menjadi generasi yang senantiasa dapat melakukan perubahan dan pembaharu.

Saya sering menekankan pentingnya kita, sebagai manusia yang "terdidik" untuk selalu bergerak, berjuang dan berorganisasi yang mesti ditanam dalam diri. Siapapun manusia "terdidik" yang saya maksudn disini, saya hanya ingin enyampaikan tiga hal yang, menurut saya, senantiasa ada dalam jiwa seorang penggerak atau aktivis, entah ditatanan negara atau ruang lingkup Universitas itu sendiri. Tiga hal tersebut yakni;

Intelektual

Saya menekankan pertama kali adalah Intelektual, seorang aktivis harus memiliki kecerdasan dalam bidangnya, bahkan ilmu-ilmu pengetahuan yang lain, yang mampu menunjang peranannya sebagai penggerak perubahan. Seorang organisatoris harus cerdas dalam berfikir, bersikap dan bertindak, agar mampu menganalisa masalah sosial dengan baik dan tepat. Misalnya seorang aktivis jurnalis, ia harus benar-benar memahami dan ahli dalam disiplin ilmu yang ia tempuh, mampu memberikan opini dan argumentasi, serta mampu menciptakan karya tulis yang unggul. Begitu juga ketika seorang ekonom syari'ah, ia harus cerdas dan memahami teori dan praktek dalam wawasan ekonomi syariah, agar ia tidak hanya sebatas tahu saja, melainkan menjadi seorang ahli. Lalu didukung oleh ilmu-ilmu sosial lain. Seperti hukum sosial politik, komunikasi dan lain-lain.

Sosial

Kemudian yang kedua ialah sosial, setelah ia cerdas dan menguasai bidang nya, maka ia telah memiliki modal untuk melakukan banyak hal. Karena ilmu yang berguna adalah ilmu yang terus menerus diamalkan. Namun, apa yang telah dipelajari tadi akan menjadi sia-sia jika seorang organisatoris tidak memiliki jiwa sosial, acuh terhadap sekitar, dan takut menjadi penggerak perubahan, yang ada akhirnya terhempas dalam keadaan. Seperti bunyi puisi WS Rendra, "Seorang terpelajar tidak mampu hidup dengan segenggam jagung.." Itu artinya, kita tidak boleh hanya cerdas secara teoritis tapi kita harus memiliki kecerdasan sosial dan peka terhadad keadaan sekitar. Kadang, terlalu banyak berfikir dan mempertimbangkan, malah berakhir gagal melangkah.

Spiritual

Selanjutnya kecerdasan spiritual, setelah mempunyai kecerdasan Intelektual, sosial. Maka yang terakhir yaitu memiliki kecerdasan dalam spiritual, dengan harus tetap selalu taat beribadah, beriman dan bertaqwa pada sang khalik, serta menanamkan nilai-nilai persatuan, kesopanan, saling menghargai perbedaan, toleransi dalam keragaman, agama, suku, budaya dan warna. Dengan izin Tuhan,  kita akan mampu menjadi orang besar dan sukses di hari kemudian kelak.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline