Lihat ke Halaman Asli

Rasulallah dan Kesabaran Berdakwah

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

I.Pendahuluan

Mengubah kehidupan jahiliyah dan kemudian menjadikan kehidupan Islami bukanlah hal yang ringan dan mudah. Ini merupakan proyek yang besar dan membutuhkan kerja keras, tekat yang kuat serta semangat yang tinggi.

Itulah gambaran beratnya rintangan yang di terima Rasulallah saw. dalam mengajarkan kebenaran. Beliau mempunyai kewajiban untuk membina umat yang telah berada dalam kesesatan untuk menuju jalan yang lurus. Dakwah Rasulallah SAWdimulai dari wilayah Makkah di jazirah Arab, walaupun pada akhirnya ajaran beliau adalah untuk seluruh umat manusia. Rasulallah saw. sebagai rasul tidak henti-hentinya berusaha memperbaiki akhlak masyarakat yang sudah rusak tersebut. Untuk memperbaiki akhlak, maka Allah SWT telah mengutus rasul yang memang semenjak kecil dikenal oleh masyarakat sebagai orang yang sangat mulia akhlaknya. Mulia disini termasuk sabar, istiqomah dan tabah menjalani rintangan yang di berikan. Sejak masih kecil, remaja, sampai dewasa Rasulallah saw. sudah dikenal oleh masayarakat Makkah sebagai orang yang mempunyai kepribadian baik, jujur, sabar, berbeda dengan kebanyakan orang saat itu.

Oleh karena itu, disini akan dibahas salah satu metode dakwah Rasulallah saw. yaitu metodhe kesabaran. Sesuai dengan salah satu sifat kepribadian beliau yang penuh dengan ketabahan dan kesabaran, apakah berhasil berdakwah dengan mengedepankan prinsip sabar. Dengan kesabaran beliau apakah dakwah yang diajarkan beliau mulai dari dakwah secara sembunyi-sembunyi hingga dakwah secara terang-terangan akan berhasil. Untuk itu akan diperjelas dalam uraian singkat ini.

II.Rasulallah dan Kesabaran Berdakwah

Rasulallah saw. berdakwah di kota Makkah selama 13 tahun, memperbaiki kerusakan aqidah dan moral. Beliau berfikir bagaimana caranya menyiarkan islam dikalangan umatnya yang keras kepala dan masih menyembah berhala. Dengan keuletan dan keberanian serta kesabaran beliau menghadapi segala tantangan dan risiko, serta pengorbanan yang tidak terhitung, akhirnya beberapa orang dengan hidayah dari Allah SWT masuk ke dalam agama yang dibawanya. Di antaranya adalah istri beliau Khadijah, anak paman beliau ‘Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah,dan teman dekat beliau, Abu Bakar. Mereka masuk Islam di awal permulaan dakwah. [1]

Perjalanan dakwah kepada aqidah yang benar. Tidak semudah apa yang dibayangkan. Tugas yang menuntut pengorbanan besar dan tidak sedikit. Mengubah kehidupan jahiliyah dan kemudian menjadikannya kehidupan islami bukan tugas yang mudah. Usaha dakwah kepada aqidah yang dilakukan oleh Rasulullah saw. menyebabkan beliau bersabar menghadapi berbagai macam ujian di atas Islam. Dengan kesabaran dan keuletan serta keikhlasan, orang yang mendapatkan hidayah hari demi hari kian bertambah, baik dari kalangan budak atau orang merdeka. Seperti Bilal bin Rabah. Dari kerja keras tersebut tak mungkin terwujud jika dalam diri tidak terlatih jiwa yang senantiasa sabar dan tabah menjalani berbagai aral melintang.[2]

Tentang kesabaran Rasulallah dalam berdakwah, Sayyid Quthub dalam zilal menjelaskan, kesabaran merupakan bekal dan senjata untuk mengahadapi beratnya berbagai macam cobaan dan beban berat dalam berdakwah serta memudahkan seseorang untuk melewati jalan dakwah yang terjal sampai terwujudnya perintah allah SWT untuk menegakkan agama islam dimuka bumi ini. Hal itu, karena allah SWT mengetahui betapa besarnya kekuatan(tenaga) yang dibutuhkan untuk dapat konsisten (istiqomah) melintasi jalan dakwah yang penuh dengan pertentangan dan pengingkaran. Demikian halnya menjalankan dakwah kepada allah dimuka bumi ini. Sebab bagaimanapun ditengah-tengah jalan dakwah terdapat hambatan dan rintangan yang membutuhkan kesabaran dan kekuatan besar untuk menghadapinya. Dengan kondisi itulah diperlukan kesabaran untuk menjalankan ketaatan, kesabaran untuk menjalankan ketaatan, kesabaran dalam menjahui kemaksiatan, kesabaran dalam melawan para pengingkar allah, kesabaran dalam menghadapi berbagai bentuk tipu daya musuh, kesabaran menanti kemenangan yang tertunda, kesabaran dalam menaungi segala macam kesulitan, kesabaran dalam menyikapi semakin banyaknya pembela kebathilan, kesabaran atas sedikitnya pembela dan pendukung perjuangan, serta kesabaran terhadap orang yang berpaling.[3]

Itulah gambaran kerasnya perjuanagan dakwah Rasulallah saw., Sebagaimana Allah (SWT) nyatakan dalam Al Qur'an, beberapa orang tidak memiliki sikap dan perilaku yang baik seperti uraian diatas dan orang-orang seperti itu suka menyerang maupun menghina Rasulallah saw. yang memiliki moral lebih baik. Rasulallah saw.menunjukkan sifat kesabaran dalam kondisi tersebut, memohon kepada Allah dan meminta pertolongan-Nya dalam segala keadaan dan mendorong orang-orang yang beriman untuk sabar dan patuh terhadap perintah-Nya.Sebagaimana tercantum dalam banyak ayat di Al-Qur’an, Allah SWT memerintahkan Rasulallah saw.untuk banyak bersabar dalam menanggapi perkataan dari orang - orang kafir :

فَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ

Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam”. (Surah Qaaf: 39)

Selama Rasulallah saw.menyebarkan ajaran agama Islam,beliau mengalami berbagai macam kesulitan.Para pendusta dan musyrikin dari kaumnya sendiri menghina Rasulallah SAW, bahkan menyebutnya sebagai penyihir atau orang gila. Sedangkan kaum yang lain ingin membunuh beliau bahkan bersekongkol membuat rencana pembunuhan. Meskipun demikian Rasulallah saw.tetap tidak berhenti berupaya mengajarkan Al-Qur’an kepada semua masyarakat dari berbagai macam latar belakang dan budaya, beliau telah mengajarkan moralitas dan perilaku yang benar sebagai tugas pokok nabi dalam menyampaikan ajaran Islam yang dibawanya (berdakwah).[4]

Kesabaran Rasulallah saw. juga ada pada disaat beliau memaafkan, mendo’akan musuhnya dan bermusyawarah dengan mereka. Sebagai da’i sejati, Nabi membuka pintu maaf bagi orang yang masih memungkinkan kembali ke jalan yang benar dari kalangan musuh-musuhnya, mendo’akan mereka agar diampuni dan mengikutkan mereka dalam kehidupan bermasyarakat berupa musyawarah dalam urusan-urusan mereka. Reaksi rasulallah tidak marah, beliau tetap sabar. Beliau tidak pernah mengajarkan kemarahan, justru mengajarkan kepada kaumnya untuk tetap kuat dan tabah dalam menghadapi cobaan dan rintangan. Sebagaimana yang diterangkan rasulalah. Rasulallah bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَال: لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ

Artinya: Dari Abu Hurairah R.A menerangkan bahwa Rasulallah saw. Bersabda : “yang disebut orang kuat bukanlah orang yang menang dalam bergulat. Namun yang dikatakan sebagai orang kuat adalah yang dapat mengendalikan dirinya ketika akan marah.” H.R. Bukhori muslim.[5]

Ilustrasi penting dalam hal ini adalah peristiwa kekalahan pasukan Muhammad saw dalam perang Uhud. Pada saat seharusnya menunjukkan rasa permusuhan, kemarahan kepada orang yang menyebabkan kekalahan pada perang Uhud itu, Rasulallah saw.menunjukkan sikap sebaliknya, memaafkan, mendo’akan dan bermusyawarah demi kemungkinan memberi pengaruh lebih baik lagi kepada mereka untuk kembali ke jalan agama Allah.

Dalam diri Rasulallah saw. terdapat keberanian dan kesabaran yang luar biasa sebagai sarana utama untuk memperjuangkan agama dan menjujung tinggi kalimat Allah. Rasulullah menjadikan segala nikmat yang diperolehnya untuk di salurkan dan di tempatkan pada tempat yang sebenarnya. Berkata Aiasyah r.a. "Belum pernah Rasulullah memukul seseorang dengan tangannya kecuali dalam peperangan dan belum pernah beliau memukul seorang pembantu atau seorang perempuan." (HR Muslim).

Apa yang melandasi rasulallah mempunyai jiwa yang sabar dalam menjalankan kehidupan, Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya aku takut kepada Allah dan tidak takut kepada siapa pun selain Dia. Aku ditakuti karena Allah dan tidak ada seorang pun yang ditakuti karena Allah selain aku. Dan aku telah di sakiti di jalan Allah dan tidak seorang pun yang disakiti selain aku. Aku telah mengalami selama 30 hari siang dan malam, sedangkan aku atau pun Bilal tidak punya apa-apa untuk dimakan kecuali sesuatu yang tersembunyi di balik ketiak Bilal. " (HR Ahmad dan Tirmidzi).

Rasulallah bersabda,

عَنْ أبي سعيد الخدري أن رَسُول اللَّهِ قال : وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ ، وَمَا أَعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْر مُتَّفّقٌ َلَيْهِ

Dari Abu Said Al Khudri, Rasulallah saw. bersabda:“.. & barangsiapa yg melatih dirinya untuk bersabar, maka Allah akan memberikan dia kesabaran,tidaklah seseorang diberikan sesuatu yg lebih baik & lebih luas selain kesabaran”. Muttafaq ’alaih.(muttafaq alaih diriwayatkan oleh Bukhari no hadist :1469 & Muslim no hadist: 1053).

Berkaitan dengan banyaknya jenis cobaan dan ujian yang menimpa Rasulallah dalam menjalankan dakwahnya, maka al-Qur’an menurunkan ayat-ayat tentang perlunya bersabar dengan berbagai macam cara. Diantaranya:

1.Menyebutkan penganiayaan dan pendustaan yang menimpa para rasul dan bagaimana mereka bersabar dalam menghadapinya. Dari salah satu ayat allah SWT berfirman :

وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ

Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu.(Q.S. Al Anam 34)

2.Ketika kaum kafir mulai menentang dakwah dengan cara memberikan tekanan-tekanan batin, seperti menuduh Rasulallah saw. sebagai tukang sihir, penenung atau penyair dan juga memperolok-olok kaum muslimin, maka al-Qur’an menggambarkan bagaimana kehidupan para nabi dahulu yang juga pernah mengalami dan apa yang kemudian menimpa para pencemooh tersebut. Dan pada tahap tersebut al-Qur’an langsung mengajak Rasulallah serta kaum muslimin untu bersabar menerima cemoohan tersebut dari kaum kafir itu.

“Dan sungguh telah diperolok olokkan beberapa beberapa rasul sebelum kamu, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan diantara mereka balasan (azab) olok-olokan mereka”.(Q.S. al anam 10)

Cara ini yaitu bersabar disaat menegakkan ajaran islam merupakan cara yang jitu dilakukan oleh Nabi saw dengan meniupkan sesuatu harapan kedalam jiwa kaum kafir supaya ia menegerti makna kehidupan agama islam yang menciptakan kedamaian dan memberikan citra bahwa islam itu bukan agama kekerasan yang jika tertimpa suatu masalah, mereka akan sabar dan bukan justru sebaiknya mereka emosi ataupun saling adu.[6]

Salah satu contoh cerita pada diri rasulallah bahwa dengan sabar, dakwah beliau berhasil walaupun keberhasilan dakwah itu berhasil tidak dengan begitu cepat namun yang pasti akan menghasilkan apa yang diinginkan yaitu mengajak kaum jahiliyah untuk memeluk ajaran Islam

“Di sudut pasar Madinah, ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, "Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya".

Namun, setiap pagi Muhammad Rasulallah saw. mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulallah saw. menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahawa yang menyuapinya itu adalah Rasulallah saw. Beliau melakukan hal ini setiap hari sampai baginda wafat.

Setelah wafatnya Rasulallah saw., tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

Aisyah RA menjawab, "Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja". "Apakah itu?", tanya Abu Bakar RA.

"Setiap pagi Rasulallah saw. selalu pergi ke hujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana ", kata Aisyah RA.
Keesokan harinya Abu Bakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abu Bakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya.

Ketika Abu Bakar RA mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil mengherdik, "Siapakah kamu?". Abu Bakar RA menjawab, "Aku orang yang biasa (mendatangi engkau)." "Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku," bantah si pengemis buta itu.

"Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku", pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Abu Bakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, "Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulallah saw.".

Seketika itu juga pengemis itu pun menangis mendengar penjelasan Abu Bakar RA, dan kemudian berkata, "Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, dia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, dia begitu mulia, "

Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abu Bakar RA saat itu juga dan sejak hari itu menjadi seorang muslim.

Dari cerita diatas dapat diambil hikmahnya bahwa meskipun rasulallah diolok olok namun beliau tetap bersabar dan bahkan tetap istiqomah setiap pagi ia selalu memberikan makanan bahhkan menyuapinya. Kebajikan yang dilakukan Rasulallah sungguh luar biasa dan patut dijadikan suri tauladan. Dan pada akhirnya hasilnya pun dengan  akhlak rasulallah yang mulia tersebut, pengemis itu masuk agama Islam. Disini juga kesabaran dakwah rasulallah termasuk kedalam media non fisik yaitu berdakwah dengan melihat dari segi akhlak Rasulallah SAW. Sebagaimana yang telah dijelaskan pemateri minggu sebelumnya.

III.Kesimpulan

1.Dengan kesabaran, apapun tantangan dan resiko yang dihadapi Rasulallah saw.pasti akan ada hasilnya terbukti dengan cerita diatas bahwa kesabaran sangat dibutuhkan meskipun beliau dicemooh dan dicela, Nabi tetap istiqomah memberikan makanan kepada pengemis setiap pagi hingga beliau wafat.

2.Media dakwah ada 2 macam yaitu media fisik maupun media non fisik.

a.Media Fisik ialah dengan cara dakwah di masjid atau meberikan surat kepada mad’u. Contohnya mengirim surat-surat kepada raja rajau

b.Media Non Fisik yaitu dengan Melihat dari keteladanan Rasulallah saw.ataupun akhlak mulia beliau. Salah satunya Kesabaran dalam berdakwah Rasulallah saw.dapat dimasukkan dalam kategori media non fisik, yaitu berdakwah atas dasar akhlak rasulallah, mengambil suri tauladan yang baik.

3.Memaafkan, mendo’akan dan bermusyawarah demi kemungkinan memberi pengaruh lebih baik lagi kepada mereka untuk kembali ke jalan agama Allah ialah cara terjitu Rasulallah dalam berdakwah, supaya para kaum jahiliyah memandang islam itu bukan agama yang dzolim yang mengedepankan kekerasan dan peperangan.

Daftar Pustaka:

1.Al-Qur’anul Karim

2.Prof. DR. Muhammad Amahzun, “ Manhaj Dakwah Rasulallah” : Qisthi Press:jakarta Timur: 2002

3.Dr. Ali Mufrodi, “islam di kawasan Kebudayaan Arab”. Logos wacana Ilmu:jakarta:1997

4.Abu fajar Al-Qalami & Abdul wahid Al-Banjary, “Terjemah Riyadush Shalihin” Gita Media Press;2004

5.http://www.gemabaiturrahman.com/2012/02/kesabaran-nabi-dalam-berdakwah.html

6.http://id.harunyahya.com/id/works/27782/KESABARAN_NABI_MUHAMMAD_(SAW)

http://kebunhidayah.wordpress.com/2009/09/08/sabar-dalam-menyampaikan-nasihat-dan-dakwah/

[1] DR. Ali Mufrodi “Islam di kawasan Kebudayaan” hlm. 17

[2] Manhaj Dakwah Rasulallah hlm. 86

[3] Manhaj Dakwah Rasulallah hlm.81.

Asy syami, Shaleh Ahmad, op cit.hal.48.

[4] Manhaj Dakwah Rasulallah hlm.83

[5] Abu fajar al-Qalami,Abd. Wahid Al-Banjari “Terjemah Riyadush Shalihin”hlm. 33

[6] Manhaj Dakwah rasulallah hlm.82-85

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline