Lihat ke Halaman Asli

Kholifatul Janah

Menulis adalah salah satu bentuk curahan hati

Dunia Ini Tidak Seindah yang Dibayangkan (Bagian 2)

Diperbarui: 26 Januari 2023   11:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pinterest

Setelah mendengar infonya aku mulai mencari mereka diseberang jalan, yah akhirnya nereka ketemu. "Hai dek" sapaku sambil tersenyum. Mereka menghampiriku dengan tersenyum dan tak lupa membawa koran yang mereka jual, "hai kak, kok aku enggak pernah lihat kakak lagi sih. 

Nih aku kasih kakak koran dan gratis loh". Dia sosok gadis ceria, cantik, lucu, penuh semangat seakan dia adalah orang yang paling bahagia di dunia. Sudah cukup hidupnya bersama kakak laki-lakinya, mereka berdua tidak bersekolah karena tidak memiliki biaya, mereka hidup hanya dengan kekuatan keduanya, mereka saling memberi semangat satu sama lain, dan yang membuatku lebih terharu ternyata masih banyak orang di dunia yang baik terkadang aku melihat banyak juga yang memberi mereka bantuan baik dari lingkungan mereka berjualan ataupun orang dari luar yang tidak sengaja melihat mereka.

Aku tidak pernah bertanya kenapa mereka bisa hidup dijalanan, daripada harus bertanya lebih baik menunggu mereka bercerita sendiri. Menurutku pertanyaan seperti itu pertanyaan yang sensitive dan aku juga tidak mau merubah kebahagiaan mereka dengan satu pertanyaan yang bisa membuat mereka ingat semua masalah yang mereka alami.

Aku mulai tersadar dunia ini memang kejam tidak ada satupun orang yang tidak memiliki masalah. Entah masalah itu berat atau tidak pastinya Tuhan sudah mengukur kekuatan setiap hamba. Masih banyak orang diluar sana yang kesulitan seharusnya aku tidak mengeluh karena aku masih kuat bekerja dan kinerjaku juga baik.

Kesadaran mulai menghinggapi otakku dan berbalik ke masa lalu, apa yang pernah aku lakukan sehingga aku bisa bertindak sejauh ini, mungkin dengan kematian akan merubah segalanya. Terkadang kematian bukan satu-satunya jalan terbaik, kematian hanya mengelabui manusia karena mereka ingin masalah yang menghinggapi mulai hilang.

Saat aku libur dari tempat aku bekerja, daripada harus berdiam diri sendiri aku menghampiri mereka berniat mengajak mereka untuk makan karena hari ini gajian pertamaku jadi aku tidak mau menikmati sendiri. "Hai dek, kakak bantu jualan yaa setelah itu kita pergi makan bertiga, gimana?" kataku, "yeay boleh kak, akhirnya aku sama kakakku merasakan makan di luar" jawabnya bersemangat tanpa beban. 

Satu tetes air mataku terjatuh dengan cepat aku mengusapnya, aku tidak mau menunjukkan rasa sedihku ke mereka, aku yakin mereka tidak mau terlihat menyedihkan. Mereka masih kecil tapi memiliki pikiran yang bijak. Sunggih iri rasanya punya sabar seluas sabar mereka.

Kita bertiga mulai berjualan, berjalan kesana kemari berharap koran cepat habis dan pergi ke tempat makan. "Loh kamu kerja jualan koran juga" tanya seseorang yang sepertinya mengenalku. "Oh kamu, enggak kok aku lagi bantuin mereka jualan supaya cepet habis. Kamu berminat korannya" ternyata dia teman kerjaku. 

"Boleh satu yaa, semoga laris manis" jawabnya sambil mengeluarkan uang. "Terima kasih" kataku sambil tersenyum dan menyerahkan korannya. Matahari sudah terik tinggal satu lagi koran yang belum terjual, "boleh beli korannya" tanya seorang laki-laki tampan, "tentu saja karena koran ini untuk dijual" jawabku sambil menyerahkan korannya, aku menjawab lagi "terima kasih". Akhirnya koran terjual habis dan aku menghampiri mereka.

"Dek ini jualannya udah habis ayo kita cari makan" kataku sambil menyerahkan uang hasil penjualan koran tadi. "Terima kasih kak sudah membantu kami" kata kakak gadis ceria itu, aku yang mendengar suaranya  tersenyum "sama-sama kalau butuh bantuan kalian bisa cari kakak yaa jangan sungkan dan kamu jaga adik kamu dengan baik kalian berdua salah satu motivasi kakak untuk bisa berdiri tegak sampai sekarang". "Kami sangat berterima kasih kak" kata mereka lagi. Aku terharu mereka masih kecil tapi pintar dan sopan serta sangat menghargai orang yang ada disekeliling mereka.

Kami berjalan bersama kemudian menaiki angkot untuk menuju rumah makan yang mereka inginkan. Mereka berkata ingin makan ayam goreng jadi kubawa mereka ke KFC supaya mereka bisa merasakan suasana makan disana sama seperti anak seumuran mereka. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline