Lihat ke Halaman Asli

Kholifatur Rohmah

Universitas Negeri Semarang

Sejarah Perkembangan Ilmu Nahwu

Diperbarui: 8 Februari 2024   09:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dakwatuna.com

 

Ketika sobat mencoba memerhatikan gambar diatas, apakah sobat bisa membaca tulisan tersebut?

Tentunya sobat sangat kesulitan ketika tidak mempunyai ilmu untuk membacanya. Disinilah fungsi ilmu nahwu mulai terlihat. Lalu bagaimana sih sejarah perkembangannya? yuk simak cerita berikut ini.

Sejak awal perkembangannya hingga sekarang ilmu nahwu selalu menjadi bahan kajian yang dinamis di kalangan para pakar linguistik bahasa Arab. Sebagai salah satu cabang linguistik atau ilmu lughoh, Ilmu Nahwu dipelajari sebagai sarana untuk mendalami bidang ilmu lain yang referensi utamanya ditulis dengan bahasa Arab seperti Ilmu tafsir, ilmu hadits, dan ilmu fiqih.  Bentuk pembelajaran ilmu Nahwu itu telah menjadi tradisi yang berkembang secara berkesinambungan di kalangan masyarakat Arab atau masyarakat Islam dahulu sampai sekarang.

Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa ada seorang yang berkata salah dari segi bahasa di hadapan nabi maka Beliau berkata kepada para sahabat

أَرْشِدُوا أَخَاكُمْ فَإِنَّهُ قَدْ ضَلَّ

“Bimbinglah saudara kalian, sesungguhnya ia telah tersesat”.

Perkataan ضَلَّ yang artinya tersesat pada hadits tersebut merupakan peringatan yang cukup keras dari nabi kata itu lebih keras artinya dari أَخْطَأَ berbuat salah atau ذَلَّ keseleo lidah.  

Dalam riwayat lain Umar Bin Khattab melewati satu Kaum yang telah menyakiti seorang Romawi lalu nabi menegur mereka, kemudian mereka menjawab إِنَّ قَوْمٌ متَعَلِّمُوْن yang artinya “Kami ini orang berpendidikan”. Dalam perkataan tersebut terdapat kesalahan grammar pada lafadz متَعَلِّمُوْن yang seharusnya adalah متَعَلِّمِيْنَ. Kemudian Sayyidina Umar Bin Khattab R.A. marah kepada mereka. Seraya berkata, Demi Allah! kesalahan pada lidahmu itu lebih fatal daripada kesalahan yang kamu lakukan terhadap orang Romawi”.

Semakin lama lahn semakin terjadi, terutama ketika bahasa Arab mulai menyebar ke negara-negara atau bangsa-bangsa lain non-Arab. Pada saat itulah mulai terjadi akulturasi dan proses saling mempengaruhi antara bahasa Arab dan bahasa-bahasa lain. Para penutur bahasa Arab dari non-Arab seringkali berbuat lahn dalam berbahasa Arab, sehingga hal itu dikhawatirkan akan terjadi juga pada waktu mereka membaca Alquran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline