Lihat ke Halaman Asli

Kholid Harras

Dosen Universitas Pendidikan Indonesia

Kisah Jari-jari Bertuah

Diperbarui: 4 Desember 2023   00:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Salam. Perkenalkan kami lima bersaudara jemari tangan manusia. Izinkan kami masing-masing menjelaskan diri.

Aku adalah Jempol alias Ibu Jari. Letak  posisiku paling kanan atau kiri dari tangan manusia. Badanku paling gede namun paling pendek.  Akulah jari yang  dapat bergerak secara fleksibel, termasuk melawan arah jari lainnya. Berkat fungsiku ini, telah memungkinkan manusia untuk menggenggam objek, memegang alat, dan melakukan berbagai  tindakan secara presisi.

Mungkin karena fungsiku yang sangat vital tersebut aku dinisbatkan sebagai ibu-nya jari. Jangan ditanya siapa bapak jari atau anak jarinya. Secara universal aku disepakati sebagai jari yang menjadi simbol bahasa tubuh untuk sesuatu yang dinilai bagus atau hebat. Namun jangan salah, jika posisinya dibalik ke arah bawah bisa menjadi makna sebaliknya. Dalam budaya Jawa dan Sunda, dengan sedikit dibengkokan arahnya, aku juga difungsikan sebagai cara penunjuk yang sopan. 

Aku dinamakan Jari Telunjuk. Letakku di sisi luar tangan. Fungsi utamaku untuk menunjuk sesuatu atau  menunjukkan arah. Meskipun demikian, aku tidak boleh menunjuk ke arah muka seseorang, karena bisa berakibat fatal. Orang tersebut pasti tidak suka, bahkan akan marah atau tersinggung. Konon hanya para guru dan dosen yang boleh menggunakan aku untuk menunjuk murid-muridnya. Fungsiku yang lain untuk melakukan berbagai kegiatan sehari-hari, seperti mengetik, menulis, dan menjalankan berbagai tugas agar hasilnya presisi.

Aku adalah Jari Tengah. Sesuai posisiku yang terletak di tengah-tengah tangan. Bersama-sama dengan jari lainnya, aku difungsikan membantu dalam berbagai tindakan pekerjaan sehari-hari. Misalnya menggenggam, memegang, dan melakukan gerakan presisi. Aku  juga sering digunakan untuk memberikan isyarat tertentu. Misalnya manakala kami bertiga ngacung bersama si Jempol dan si kelingking kami akan berwujud sebagai simbol "metal".

Kalau aku dinamakan Jari Manis. Posisiku di sisi dalam tangan. Di antara jari-jari lain mungkin akulah jari yang paling beruntung. Betapa tidak, karena akulah jari yang sering dihiasi oleh pemiliknya cincin sebagai tanda tunangan, pernikahan atau aksesori dekoratif lainnya. Fungsiku bersama jemari lainnya digunakan untuk memegang objek atau melakukan tindakan yang memerlukan presisi.

Akulah Jari Kelingking. Akulah jari yang wujudnya paling kecil dan paling mungil. Posisiku terletak di sisi luar tangan dan memiliki fungsi yang mirip dengan jari-jari lainnya. Meskipun ukurannya lebih kecil, aku  tetap penting dalam menjalankan tugas sehari-hari, termasuk menulis, mengetik, dan memegang objek kecil. Juga mengorek lubang hidung saat gatal atau mengeluarkan kotoranya (ngorong).

Saat perhelatan Pemilu fungsi kami akan semakin vital sekaligus krusial. Secara internal antara kami berlima juga menjadi kerap bertengkar. Penyebab utamanya apalagi kalau bukan -baik sendiri-sendiri atau berkolaborasi- kami dijadikan simbol nomor-nomor urut parpol, pasangan Capres-Cawapres atau para caleg yang berlaga dalam Pemilu.

Yang membuat kami sedih, hanya gara-gara adu simbol dengan menggunakan kami para jari ini, kerap menyulut terjadinya pertikaian, bahkan tawuran,  antara para pendukung Parpol tersebut. Sungguh kami para jari tidak mengerti.

Konon kabarnya pula untuk menjaga netralitas  para ASN, menjelang perhelatan  Pemilu 2024  telah dibuat aturan larangan para abdi negara tersebut menggunakan kami para jari saat berswafoto (selfi). Apapun alasannya, mereka tidak diperkenankan memamerkan kami selaku jari-jemarinya. Walaupun misalnya sekedar ingin pamer bahwa di si kelingking pada tanganya sekarang sudah secara resmi disematkan cincin pertunangan. Sebagai tanda sepasang sejoli telah mengikat janji.  

Jika mereka melanggar ketentuan tersebut, sanksi telah menanti. Dari mulai teguran lisan, tertulis, hingga penurunan pangkat dan pencopotan jabatan. Kasian sekali ya..***  (Kholid A.Harras)        

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline