Pada era digital saat ini fenomena penggunaan bahasa gaul atau bahasa slang seolah mendapatkan tempat tumbuh kembangnya pada berbagai platform media sosial. Kehadiranya kerap mewarnai wacana humor dan atau keunikan berkomunikasi. Salah satu kalimat yang baru-baru ini meraih popularitas di kalangan pengguna TikTok dan Twitter adalah "Gak bahaya ta". Istilah ini bukan hanya menjadi pembahasan di media social saja, tetapi juga telah menjadi bahan meme, termasuk dalam respon resmi akun FIFA terhadap komentar pengguna. Selain juga pernah dimunculkan dalam baliho politik Prabowo-Erick Thohir.
Kalimat "Gak Bahaya Ta" berasal dari bahasa Indonesia yang diucapkan dengan gaya bahasa gaul. Kalimat tersebut sebenarnya berarti "tidak berbahaya, kah?". Kata "Gak" merupakan bentuk singkat dari "tidak", sedangkan "bahaya" berarti sesuatu yang dapat menimbulkan risiko atau membahayakan. Penggunaan kata "Ta" berasal dari bahasa Jawa, yang berfungsi sebagai kata tanya ihwal sesuatu.
Penggunaan kalimat "Gak bahaya ta" umumnya digunakan dalam berbagai situasi pertuturan untuk menyampaikan pesan bahwa "sesuatu yang dipersoalkan tersebut" sebenarnya dinilai tidak berbahaya atau tidak berisiko. Dengan demikian tidak perlu dikhawatirkan.
Pada konten TikTok, kalimat "Gak bahaya ta" seringkali muncul saat seseorang menunjukkan situasi yang terlihat berbahaya namun sebenarnya tidak membahayakan. Sebagai contoh, ada seseorang yang mengkonsumsi cabai dalam jumlah yang berlebihan atau di luar kewajaran. Kemudian ia berucap "Gak bahaya ta", dengan maksud ingin menunjukkan bahwa meskipun rasanya pedas, namun hal itu tidak membahayakan Kesehatan dirinya.
Pada baliho politik Prabowo-Erick Thohir kalimat "Gak bahaya ta" teks lengkapnya sebagai berikut: "Yang lain nyakitin. Yang ini nyenengin. Lho gak bahaya ta?". Pernyataan tersebut tafsir maknanya bisa sebagai berikut. "Yang lain nyakitin" sebagai ungkapan penilaian sekaligus ketidaksetujuan Prabowo-Erick Thohir (yang saat itu digadang-gadang akan berpasangan sebagai kandidat Capres-Cawapres Pilpres 2024) terhadap Capres-cawapres seterunya. Mereka menganggap bahwa kebijakan Capres-Cawapres yang lain telah menyakiti masyarakat.
Pernyataan kedua "Yang ini nyenengin" mencoba menarik perhatian pada sisi positif dengan menekankan bahwa Prabowo-Erick Thohir memiliki rencana atau kebijakan yang dapat memberikan kegembiraan kepada masyarakat. Kemudian Kalimat terakhir, "Lho gak bahaya ta?", mengandung pertanyaan retorikal bahwa hal yang ditawarkan oleh keduanya sebenarnya tidak akan membahayakan masyarakat.
Penggunaan kata "Lho" merupakan bentuk ekspresi yang umum dalam bahasa Jawa yang artinya menunjukkan keheranan atau pernyataan keterkejutan. Dengan demikian, lewat baliho tersebut bisa dimaknai Prabowo-Erick telah menciptakan kerangka pemikiran menganggap dirinya sebagai capres-cawapres pilihan yang lebih baik ketimbang capres-cawapres yang lain. Dalam konteks kampanye, klaim-klaim sepihak seperti itu tentulah sah-sah saja.
Fenomena penggunaan kalimat "Gak Bahaya Ta" mencerminkan dinamika bahasa gaul di era digital yang dipengaruhi oleh media sosial. Istilah ini tidak hanya menjadi sarana komunikasi informal di kalangan anak muda, tetapi juga menjadi elemen humor dan lelucon yang menghadirkan kesan santai dan positif. Viralnya fenomena bahasa slang ini menunjukkan kekuatan dan daya tahan bahasa gaul dalam merespons dan membentuk tren di dunia maya.
Sebagai sebuah fenomena ragam bahasa musiman, ragam bahasa slang umumnya tidak akan bertahan lama. Seiring perjalanan waktu akan terus mengalami perubahan dan digantikan oleh ungkapan-ungkapan slang lainnya. Oleh karenanya, jangan dikhawatirkan secara berlebihan. Apalagi hingga ikut-ikutan bertanya, "Lho gak bahaya ta?". **
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H