Lihat ke Halaman Asli

Kholida Ulfa

Dokter Umum/Residen Ilmu Gizi Klinik FKUI-RSCM

Menu Istimewa bagi Penyandang Demensia

Diperbarui: 1 Desember 2022   09:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Picture is generated using AI based app (Dream)

Oleh: dr. Kholida Ulfa, Dr. dr. Diana Sunardi, M. Gizi, Sp.GK(K) 

(Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia)

          Bumi kini dipenuhi dengan manusia yang  jumlahnya mencapai 8 miliar, dan di tengah lonjakan jumlah penduduk tersebut, populasi penduduk lanjut usia juga semakin besar. Suatu hal yang patut disyukuri, meningkatnya populasi penduduk lanjut usia menandakan semakin tingginya angka harapan hidup, namun di sisi lain, risiko gangguan kesehatan terkait penuaan juga akan mengalami peningkatan. Demensia merupakan salah satu masalah kesehatan yang tak jarang dijumpai pada orang dengan usia lanjut. Penyakit yang ditandai dengan munculnya gangguan kognitif atau kemampuan berpikir yang berat ini harus dibedakan dengan penurunan daya pikir yang normal terjadi pada usia tua yang umumnya tidak sampai menyebabkan gangguan yang signifikan dalam aktivitas sehari-hari.  

          Demensia terjadi akibat adanya gangguan di persarafan otak, dapat disebabkan suatu kondisi yang disebut penyakit Alzheimer, atau penyakit-penyakit lainnya seperti Stroke dan penyakit Parkinson. Penyakit yang sering disebut sebagai pikun ini menyebabkan seseorang kehilangan sebagian daya ingatnya, seperti tidak mampu mempelajari hal baru atau lupa jalan pulang saat bepergian. Demensia juga dapat menyebabkan gangguan dalam berkomunikasi, mengerjakan aktivitas terstruktur, mengenali objek atau orang, mengambil keputusan, dan kemandirian mengurus diri sendiri hingga gangguan perilaku. Semua kondisi tersebut menyebabkan seorang penyandang demensia mengalami penurunan kualitas hidup dan rentan jatuh pada kondisi kurang gizi.

          Penyandang demensia seringkali mengalami penurunan berat badan. Ketidakmampuan mereka  untuk berbelanja bahan makanan, lupa cara memasak, tidak nafsu makan atau tidak dapat mengenali makanan hingga gangguan menelan merupakan beberapa penyebab menurunnya asupan makan yang mengakibatkan penurunan berat badan. Belum lagi ditambah kondisi-kondisi menurunnya berbagai fungsi tubuh akibat penuaan yang dialami penyandang demensia yang umumnya dari kalangan lanjut usia. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa penurunan berat badan yang menempatkan penyandang demensia dalam kondisi kurang gizi ini berhubungan dengan perburukan penyakit dan tingginya risiko kematian. Demensia memang tidak dapat disembuhkan, namun setidaknya kualitas hidup penyandangnya bisa diperbaiki, salah satunya dengan mengupayakan pemenuhan kebutuhan gizi.

          Makan makanan bergizi seimbang dalam jumlah yang cukup sesuai kebutuhan merupakan kunci untuk memiliki status gizi yang baik. Namun, tak jarang penyandang demensia terutama yang lanjut usia memiliki pilihan makanan yang terbatas akibat sejumlah pantangan yang diterapkan dari pengasuhnya (pasangan, anak atau anggota keluarga lainnya), maupun atas keinginan sendiri akibat minimnya informasi. Menghindari makanan tinggi gula, tinggi garam, tinggi lemak jenuh memang bagian dari anjuran kesehatan untuk mencegah berbagai penyakit termasuk gangguan daya pikir seperti demensia. Namun, ternyata pola makan sehat ini diketahui tidak lagi memiliki manfaat yang besar bagi orang-orang yang sudah terkena demensia, dan justru meningkatkan risiko kurang gizi bagi mereka. Ditambah lagi, penyandang demensia seringnya memiliki kecenderungan menyukai rasa tertentu, seperti rasa manis misalnya, sehingga pembatasan makanan dengan kandungan gula akan menurunkan selera makan mereka. Sebagai penyakit yang akan terus berlanjut, pada fase-fase akhirnya, penyandang demensia akan kehilangan semakin banyak hal berharga dalam hidupnya, dan makanan bisa jadi merupakan satu-satunya sumber kesenangan bagi  mereka, sehingga pembatasan makanan tertentu tidak lagi harus diterapkan bagi penyandang demensia. Makanan tradisional atau menu favorit keluarga bisa menjadi pilihan makanan yang dapat meningkatkan selera makan penyandang demensia dan memberikan kemudahan dalam menyajikan makanan bagi keluarga. 

Picture is generated using AI based app (Dream)

Penyandang demensia seringnya memang memiliki penyakit-penyakit penyerta, seperti diabetes melitus, hipertensi,  penyakit jantung, dan penyakit ginjal yang menyebabkan mereka harus membatasi konsumsi makanan-makanan tertentu, Namun, perlu diingat bahwa risiko kurang gizi pada lansia penyandang demensia cukup tinggi, sehingga pembatasan makan jangan sampai menyebabkan mereka mengalami perburukan status gizi. Meski belum terdapat banyak penelitian mengenai hal ini, namun terdapat data-data yang menunjukkan bahwa diet restriktif (terdapat pembatasan) tidak lagi efektif pada usia sangat lanjut. Tentunya pertimbangan mengenai manfaat dan risiko diet restriktif bagi penyandang demensia bersifat sangat individual dan perlu dikonsultasikan dengan dokter.

          Penyandang demensia yang umumnya lansia juga seringkali mengalami gangguan mengunyah dan menelan, sehingga diperlukan modifikasi tekstur makanan, seperti membuat makanan lebih lunak agar mudah dikunyah dan ditelan. Pilihan menu bisa sangat bervariasi, mulai dari daging yang dimasak hingga lunak, buah-buahan lunak seperti pisang, melon tanpa biji hingga makanan dalam bentuk bubur atau sup. Hindari makanan-makanan keras dan kering seperti kacang-kacangan, keripik, dan sayuran mentah. Konsultasikan kepada dokter mengenai gangguan mengunyah dan menelan agar dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan diberikan  rekomendasi tekstur makanan yang tepat sesuai beratnya gangguan mengunyah dan menelan.

Picture is generated using AI based app (Dream)

          Demensia yang menyebabkan lemahnya ingatan juga dapat menyebabkan penyandangnya lupa untuk makan. Selain diperlukan perhatian dan pengawasan dari pengasuh, pemberian makanan yang tinggi energi juga perlu dipertimbangkan. Makanan tinggi energi atau padat kalori mengandung jumlah energi yang lebih besar dengan volume yang lebih kecil sehingga penyandang demensia dapat tetap memenuhi kebutuhan energi meski dalam jumlah makanan dan frekuensi makan yang berkurang. Penambahan minyak seperti minyak zaitun dapat meningkatkan kandungan energi dalam makanan. Pemberian susu full cream atau puding mengandung santan sebagai selingan juga dapat menjadi pilihan. Penting juga untuk diketahui bahwa makanan selingan atau camilan juga dapat membantu meningkatkan asupan makan. Selain tinggi energi, penyandang demensia juga direkomendasikan mengonsumsi makanan tinggi protein. Kebutuhan ini dapat dipenuhi dari lauk-pauk sumber protein hewani seperti ikan, daging dan ayam, serta sumber protein nabati seperti tahu, tempe dan olahan kacang hijau. Pada kondisi di mana kebutuhan makanan tinggi energi dan protein tidak dapat tercukupi dari makanan sehari-hari, penambahan gizi dari oral nutritional supplement (ONS) dapat dipertimbangkan. ONS merupakan suplemen makan yang umumnya berbentuk susu dan dijual secara komersial. Penelitian menemukan bahwa pemberian ONS dapat membantu meningkatkan berat badan sehingga memperbaiki status gizi pasien-pasien demensia

          Menyajikan menu yang menyesuaikan dengan kesenangan penyandang demensia dapat membantu meningkatkan selera makan. Selain rekomendasi-rekomendasi yang telah disebutkan sebelumnya, penting juga untuk mengupayakan penyajian makanan yang menggugah selera, baik dari segi rasa maupun tampilannya. Hal ini perlu penyesuaian individual dengan penyandang demensia yang bisa saja memiliki pilihan tertentu yang berbeda dari saat sebelum ia sakit. Memberikan makanan-makanan yang dapat digenggam sendiri (finger food) dengan aman oleh penyandang demensia dapat menjadi alternatif untuk meningkatkan kemandirian ketika makan dengan alat-alat makan sudah sulit untuk dilakukan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline