Beberapa bulan yang lalu, seorang ibu ibu nenek nenek tua dibawa ke kantor keadilan karena dituntut oleh anaknya karena enggan pindah rumah. Ada banyak kisah tidak lazim lainnya di mana anak-anak berperilaku buruk terhadap orang tua mereka. Orang tua dengan sabar merawat dan mengurus anak-anak mereka, tetapi ketika anak-anak dewasa, mereka justru durhaka kepada orang tua mereka. Oleh karena itu, solusinya adalah mencetak generasi yang Islami. Dalam hadis Rasulullah SAW, dijelaskan siapa saja yang memiliki dosa besar di antara dosa-dosa besar yang Pertama, mempersekutukan Allah dan yang Kedua, durhaka kepada orang tua.
Pertama-tama, yang harus ditanamkan adalah iman, yaitu iman kepada Allah dan iman kepada Rasulullah. Sebagai orang tua, seharusnya selalu mendampingi anak mereka dengan nuansa Islami, seperti selalu menghadirkan ayat-ayat Al-Quran ketika anak tidak mau tidur, atau mengajarkan anak membaca doa sebelum berangkat ke sekolah, Saat ingin melakukan sesuatu, selalu membaca "Bismillah". Dan selalu mengajarkan untuk selalu membaca doa-doa dalam kegiatan sehari-hari, seperti sebelum tidur, makan, masuk kamar mandi, dan sebagainya.
Semua hal diserahkan kepada Allah, sehingga ketika orang tua meninggal, anak masih merasa bahwa Allah masih menyayanginya. Semua ini adalah pelajaran agar anak ini menjadi kuat. Ketika anak ini menghadapi masalah, jika imannya tidak kuat, dia akan mencari dukun. Jika seseorang memiliki keyakinan yang kuat pada Allah, tidak ada yang dapat mengalahkan-Nya, tidak ada yang lebih hebat atau lebih besar dari-Nya. Ketika seseorang menghadapi masalah atau kesulitan, dia akan memohon pertolongan kepada Allah dan menyadari bahwa ini adalah ujian dari-Nya. Oleh karena itu, baik dalam keadaan senang maupun susah, sangat penting untuk selalu mengingat Allah. Untuk itu, penting untuk memperkuat keyakinan dan pemahaman tentang Akidah dan Tauhid agar dalam setiap situasi, kita selalu mengingat Allah.
Hal kedua yang harus ditanamkan adalah Islam. Ketika seseorang kaya, ia tidak boleh sombong. Ketika seseorang miskin, ia tidak boleh putus asa. Islam memberikan harapan, bahkan jika seseorang memiliki dosa besar, ia tidak akan terputus dari rahmat Allah. Tidak peduli seberapa besar dosanya, selain syirik kepada Allah, Allah akan mengampuni orang tersebut dengan syarat taubat nasuha. Ada satu tanda yang menunjukkan bahwa seseorang telah diterima taubatnya, yaitu adanya perubahan positif dalam dirinya. Sebelumnya, orang tersebut melakukan perbuatan buruk, namun sekarang telah berubah menjadi seseorang yang selalu berbuat kebaikan. Orang yang telah beriman kepada Allah seharusnya juga rajin dalam beribadah sesuai dengan syariat yang benar. Sebagai contoh, dalam shalat, kita harus selalu memperhatikan bacaan yang benar. Jika keyakinannya sudah benar, maka pelaksanaan syariatnya juga harus benar.
Mari kita ajak semua anak-anak kita untuk mendirikan shalat. Jadikan kita orang-orang yang selalu menghidupkan masjid. Jadikan anak-anak kita memiliki hati yang terikat dengan masjid. Meskipun tubuh mereka berada di kantor, jalan, atau tempat lain, namun hati mereka tetap berada di masjid. Sebagai orang tua, kita harus mengajarkan anak tentang fiqih agar mereka dapat memahami lebih dalam mengenai fiqih. Anak-anak perlu memahami semua hukum, tata cara, dan hal-hal lain yang terkait dengan fiqih yang benar. Contohnya, Ketika mereka memiliki harta yang banyak, mereka tidak boleh lupa untuk membayar zakat.
Hal yang harus ditanamkan ketiga adalah Ihsan, yaitu akhlakul karimah pada anak-anak kita. Jika orang tua tidak dapat mengajarkannya, maka Lembaga Pendidikan dapat melakukannya. Anak-anak ini harus ditanamkan dengan nilai-nilai keislaman dan nilai-nilai ilmu dunia yang seimbang. Tidak ada alasan bagi anak-anak untuk tidak memahami tauhid dengan benar dan tidak memiliki akhlak yang baik. Maka tanamkanlah iman, Islam, dan ihsan yang benar. Jika tidak mampu, masukkanlah ke dalam Lembaga Pendidikan seperti pondok pesantren dan sejenisnya. Ihsan dalam hadis Nabi adalah ketika kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya. Jika kamu tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya iya melihatmu. Jika kita ingin melakukan maksiat, kita harus ingat bahwa Allah selalu mengawasi kita. Lebih baik lagi jika kita bisa membersihkan diri dari sifat dan perbuatan tercela kepada Allah.
Prodi Manajemen Dakwah
Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
Dr. Hamidullah Mahmud M.A.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H