Lihat ke Halaman Asli

Khoirurrizqiam

Masih Sekolah

Kemarin Soekarno, Hari Ini Arman Dhani

Diperbarui: 1 Juni 2018   10:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hidup beberapa langkah belakangan ini tak kunjung mempertemukanku dengan ajal, ini berarti masih harus aku emban pencarian makna di atas muka bumi.  Bukan hal yang mudah aku rasa.  Beragam warna dalam dunia yang berhadap-hadapan denganku saat ini justru tak mengindahkannya.  

Berlawanan dengan kebiasaan, penelusuran makna kehidupan dalam masa ini justru dianggap sebuah kesia-siaan.

Kemarin aku berbincang dengan kusno yang di masa lampau itu, katanya apalah yang kau takutkan, jika berkesadaran bangsa kita adalah bangsa yang besar.  Katanya sudah benar, tak seharusnya kemerdekaan itu ditunggu, begitu pula kemerdekaan mu itu. 

Apa yang mungkin kau dapatkan jika tak berbekal kesadaran, karena boleh jadi, penjajahan masih berlangsung dalam bentuk baru.  

Bukannya ketakutan mu adalah bentuk nyata eksistensinya, terkungkung oleh penilaian materi dibanding mengedepankan substansi.  Sepertinya telah tercapai apa-apa yang dahulu aku takutkan.  

Oleh sebab itu, lanjutkan apa yang telah menjadi tujuan di sisa hidupmu itu. –Selayaknya tokoh nasional, suaranya begitu lantang.

Dan seperti biasa, bahasa yang digunakannya pun begitu menggebu-gebu, aku yang saat itu dihadapannya seperti mendapatkan suntikan tenaga baru.  

Dengan mudah aku mengiyakan apa yang dia sampaikan.  Bukan karena aku sepakat dengannya, melainkan sebaliknya.  Aku tidak begitu memahami apa yang dia sampaikan dengan utuh.  

Aku hanya menikmati setiap katanya, rasanya seperti sedang mendengarkan kebijaksanaan.  Dan aku rasa alasan itu cukup untuk mengiyakan-nya.

Sampai di keadaan yang sesungguhnya, aku merasa kata-kata kusno memang ada benarnya.  Tak semua yang dikerjakan manusia hari ini benar dilakukan dengan sepenuh hati, sudah menjadi hal biasa menjalankan keseharian tanpa mau mengerti lebih jauh, asal hal itu mencukupi untuk dibagikan sebagai bahan yang menarik, maka disana semuanya berhenti. 

Siapa yang bermoral hari ini adalah mereka-mereka yang mampu dengan ulung menata halaman profil.  Tidak ada salahnya memang, tapi begitulah kesadaran manusia hari ini dibentuk.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline