Tangerang Selatan - Masalah kesehatan mental di kalangan mahasiswa telah menjadi isu yang semakin mendalam sehingga mendapat perhatian serius dalam beberapa tahun terakhir. Terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab bunuh diri, antara lain memiliki gangguan kesehatan mental, perubahan sosial dan lingkungan, perundungan, hingga tekanan akademik yang tinggi. Faktor lain yang tidak boleh diabaikan dalam tren bunuh diri di kalangan mahasiswa adalah krisis kepercayaan diri dan basis keagamaan yang lemah. Banyak mahasiswa mengalami keraguan diri yang mendalam terkait dengan performa akademik mereka sehingga meruntuhkan harga diri dan memberikan pengaruh pada pemikiran bunuh diri. Perkembangan digital pun merupakan salah satu penyebab yang menjadikan bunuh diri sebagai sebuah tren. Sehubungan dengan hal ini, Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Zakaria mengatakan bahwa booming nya media sosial membuat tren bunuh diri menjadi semakin berkembang.
"Menurut saya ini salah satu efek dari boomingnya media sosial. Saya pernah liat di TikTok itu ada siaran langsung bunuh diri yang kemudian viral sekali. Tadinya hanya untuk konten, tapi kemudian benar-benar meninggal karena dia memang kemudian gantung diri," ujar Zakaria, Kamis (28/3).
Meskipun tekanan akademik di kalangan mahasiswa seringkali menjadi sumber tekanan yang signifikan, bukti empiris menunjukkan bahwa tekanan akademik itu sendiri tidak selalu secara langsung berkontribusi pada peningkatan angka bunuh diri di kalangan mahasiswa. Zakaria memberikan pendapatnya bahwa tekanan akademik di zaman sekarang lebih longgar dari masa sebelumnya. Mahasiswa dapat mengimbangi kegiatannya dengan mengikuti kegiatan positif agar tekanan yang dimiliki dapat tersalurkan dengan baik.
"Persis seperti balon yang jika ditiup terus menerus pasti akan pecah karena tidak ada salurannya. Nah, sama begitu juga ketika ada tekanan akademik dan non akademik, tapi dia punya lembaga, dia punya komunitas, maka jadi ada tempat untuk penyaluran dirinya. Sehingga seberapa berat sekalipun tekanan akademik, kalau ada salurannya tidak akan jadi masalah, yang jadi masalah itu adalah karena tidak ada saluran untuk mengeluarkan emosi dan tekanan," ujarnya.
Upaya untuk mengurangi angka bunuh diri di kalangan mahasiswa haruslah komprehensif dan menyeluruh serta mempertimbangkan semua faktor yang memengaruhi kesehatan mental mereka. Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah memiliki laboratorium khusus untuk para mahasiswa melakukan konseling, yaitu Laboratorium LK3 yang berada di program studi Kesejahteraan Sosial dan Laboratorium Konseling di program studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Dalam menghadapi tren bunuh diri yang mengkhawatirkan di kalangan mahasiswa, perlu adanya sinergi antara perguruan tinggi, organisasi kesehatan mental, dan pihak-pihak terkait lainnya. Upaya bersama dalam menyediakan akses lebih baik terhadap layanan kesehatan mental, peningkatan kesadaran, memberikan dukungan sosial yang kuat kepada mahasiswa, serta menciptakan lingkungan belajar yang rekreatif akan menjadi kunci untuk mengurangi kasus bunuh diri.
"Memasukkan unsur rekreatif di segala bidang aktivitas, termasuk di bidang akademik yang saya sebut dengan kurikulum, model pembelajaran, dan suasana kelas, penting sekali suasana rekreatif. Karena kalau sudah rekreatif itu mudah, senang, bahagia, semuanya akan keluar,"
Semua pihak perlu bersatu untuk menciptakan lingkungan kampus yang aman dan mendukung, di mana mahasiswa dapat merasa didengar, dihargai, dan terbantu dalam mengatasi masalah kesehatan mental mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H