Lihat ke Halaman Asli

Khoirun Nisa

Mahasiswa

Kota Semarang Darurat Kreak, Warga Antisipasi!

Diperbarui: 29 September 2024   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Joglosemar. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com

APA ITU KREAK?

Kreak merupakan singkatan dari "kere" dan "mayak". "Kere" jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya "miskin", sementara "mayak" merujuk pada orang-orang yang berkelakuan norak atau sok-sokan. Istilah ini pada awalnya hanya mengacu kepada perilaku, gaya pakaian, rambut, dan sebagainya. Misalnya ada orang desa yang memakai busana glamor, padahal situasi tidak mengharuskannya mengenakan itu. Namun demikian, istilah ini berkembang untuk mencitrakan negatifnya kelakuan para kelompok remaja atau pemuda di Semarang. Berhubungan dengan itu, kasus viral gangster yang tawuran di Semarang termasuk kedalam kreak pula.

HAL YANG DILAKUKAN KREAK

Kreak meresahkan warga karena aksinya yang brutal tanpa alasan yang masuk akal. Beberapa anggota gank kreak melakukan tawuran menggunakan senjata tajam yang bisa melukai atau bahkan menewaskan korban yang tidak bersalah. Setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata kebanyakan anggota gank kreak adalah para remaja. Para anggota gank kreak melakukan aksinya saat malam hari tepatnya tengah malam, biasanya mereka berkumpul di jalanan. Warga Semarang diminta untuk waspada, tidak keluar rumah saat tengah malam serta membatasi kegiatan di luar rumah saat malam hari.

KASUS KREAK

Pelaku pembacokan pada Selasa, 17 September 2024 kemarin, berjumlah tiga orang, yaitu Rico Sandova (23) warga Semarang Utara, Bagas Rizky (21) warga Semarang Barat, dan Raden Ricky Putra (20) warga Semarang Barat. Tawuran ini ternyata hanya dilandasi oleh ego masing-masing pihak, di mana mereka saling mempertahankan gengsi kelompoknya masing-masing. "Gengsi, Pamor," ujar Rico, salah satu pelaku, ketika berbicara di depan media, di Mapolrestabes Semarang, Kamis (19/9/2024).

Kejadian tragis menimpa Muhammad Tirza Nugroho Hermawan, seorang mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) asal Jepara. Ia tewas dibacok di depan SPBU 44.501.22, Bendan Ngisor, Semarang, pada Selasa (17/9/2024) dini hari. Tirza, mahasiswa S1 Jurusan Sistem Informasi, berusia 21 tahun, berasal dari Bandungharjo, Donoharjo, Jepara. Sekitar pukul 03.00 WIB, Tirza dan rekannya, Anugrah Maulana, tengah melintas menggunakan sepeda motor di sekitar SPBU Kelud Raya. Berdasarkan keterangan pihak kepolisian, Kapolsek Gajahmungkur, Kompol Agus Hartono, menyebutkan bahwa keduanya menjadi korban salah sasaran dari gerombolan gangster yang membawa senjata tajam seperti celurit panjang.

FAKTOR ADANYA KREAK

Pada tataran individu, remaja yang terlibat seringkali mengalami krisis identitas, di mana mereka merasa kehilangan arah dan tujuan hidup. Kurangnya pengawasan dan perhatian dari orang tua, baik karena kesibukan atau ketidakmampuan, menciptakan ruang kosong yang diisi oleh pengaruh negatif dari lingkungan pergaulan. 

Tekanan dari teman sebaya, hasrat untuk diakui, dan keinginan untuk merasa kuat mendorong mereka untuk bergabung dengan kelompok "Kreak".Selain itu, akses mudah terhadap senjata tajam, seperti celurit, semakin memperparah situasi. Pasar gelap yang menjamur dan kurangnya pengawasan terhadap penjualan senjata tajam membuat remaja mudah mendapatkan alat untuk melukai dan mengancam.

Kita sebagai masyarakat Indonesia harus waspada serta selalu menjaga lingkungan sekitar tetap aman dan nyaman, dan diharapkan fenomena "Kreak" di Semarang dapat segera diatasi. Keamanan dan kenyamanan warga harus menjadi prioritas utama, sehingga Semarang dapat kembali menjadi kota yang aman dan nyaman bagi semua.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline