Lihat ke Halaman Asli

Annisa Hadi

Annisahadi ibu rumah tangga adalah puncak dari segala karir perempuan

Berpasrahkah pada Takdir?

Diperbarui: 16 Maret 2020   22:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam perjalanan hidupnya, setiap orang akan dihadapkan pada bermacam hal, tidak hanya kebahagiaan, namun kerap juga kesedihan. Namun bagaimana seharusnya seseorang menyikapi semua kisah itu, hanya sebuah proses yang mampu dijawab oleh "aktor" dengan sebuah pembuktian, yang mana jika sebuah pembuktian tidak cukup, maka harus ada pembuktian lain dan lain lagi.

Sudah pasti, dalam sebuah perjuangan ada bumbu penyedap yang bernama ujian dan pengorbanan, yang mana, jika kedua hal itu tidak ada, maka laksana masakan tanpa garam, yang sudah pasti, hambar rasanya.

Namun jika ujian dan pengorbanan selalu datang bertubi - tubi, hingga menimbulkan tanda tanya besar, ini sebenarnya ujian atau hukuman sebagai penebusan dosa yang telah dilakukan?, bahkan hingga menanyakan dimanakah kekuatan doa yang punya kekuatan begitu dahsyat? Takkan bisa menjawab, siapapun itu, benarkan ?

Karena terkadang ujian tersebut memang terasa berat, namun jika manusia itu menyadari, semua manusia ada pada takdir, pada porsi kemampuan dan kekuatannya masing - masing. 

Yang punya masalah ekonomi, dalam suatu keluarga, namun pada keluarga lain ekonomi bukanlah suatu masalah, di satu sisi masalah perbedaan pendapat, namun di satu keluarga lainnya itupun bukan suatu masalah. Karena memang setiap orang sudah pada garis dan porsinya masing - masing. Maka janganlah sekalipun iri pada kehidupan orang lain, karena semua sudah ditakdirkan berbeda.

Namun, apakah semua garis dan takdir itu harus pasrah diterima, tanpa adanya usaha? Tidak, kita harus tetap berusaha agar takdir itu berpihak minimal pada keinginan kita.

Melalui berbagai pembuktian mungkin mulut orang - orang akan bisa dibungkam, karena tidak selamanya yang kecil tidak mampu melawan ketika selalu disudutkan.

Naluri manusia itu semua sama ingin ditampakkan dan menampakkan, ingin maju dan dianggap, namun jarang dari mereka yang mengerti, bahwa mereka bisa maju tanpa menyingkirkan orang lain, hanya pemikiran yang kerdil, yang melakukan itu.

Dan dalam perjalanan waktu, semuanya akan menampakkan bukti kebenarannya, ketika semua butuh dan membutuhkan apa yang selama ini mereka buang.

16 Maret 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline