Lihat ke Halaman Asli

Annisa Hadi

Annisahadi ibu rumah tangga adalah puncak dari segala karir perempuan

Saat Kata-kata Ayah Membuat Ibu Menangis

Diperbarui: 5 Februari 2020   20:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Disaat istrimu tidur, dan kau mendapati bantalnya basah oleh air mata, tidakkah kau merasa bersalah dan berusaha menenangkannya, barangkali kaulah yang telah membuat pipi merahnya basah, karena air matanya.

Bagi perempuan, air mata adalah naluri terdalamnya dalam menumpahkan segala rasa yang berkecamuk dalam hatinya, bisa jadi, hatinya telah remuk karena ulahmu, entah kau sengaja atau tidak.

Berbagai pengorbanan perempuan, janganlah kau remehkan, tanpanya takkan bisa kau lanjutkan keturunanmu yang sah, atas namamu.

Rahimnya begitu kokoh, sehingga ia bisa menampung generasimu, dalam waktu sembilan bulan, dengan penuh kelelahan dan keletihan, tidakkah kau merasa iba, dengan pengorbanannya menahan rasa sakit yang luar biasa saat ia melahirkan buah hatimu bahkan bertaruh nyawa.

Hatinya begitu rapuh, serapuh kaca, yang jika sekali saja kau lepaskan dan terjatuh, ia akan pecah dan perlu waktu yang tidak sebentar kau memperbaikinya, bahkan meskipun kau telah memperbaikinya, ia takkan kembali utuh seperti sedia kala.

Inilah perempuan, yang kau sebut ibu bagi anak-anakmu, namun mengapa kau membuatnya menangis ? Bukankah dalam ikrar itu kau telah berjanji akan menjaganya ?

Namun kini, satu teriakanmu telah meluluh lantakkan hatinya, hingga menjadi pecah berkeping - keping, hingga hanya dengan air matanya ia menumpahkan segala keluh kesah yng telah ia pendam selama ini.

Ia telah merawat anakmu, ia pula telah merawat rumahmu, ia memasak untukmu, ia mencuci dan menyipkan bajumu, bahkan ia pun mampu bekerja, demi membantumu, namun mengapa kini kau iris hatinya hanya dengan kata -katamu ?

Ia perempuan kuat, dimana ia telah mengorbankan semua yang dia miliki, bahkan seluruh hatinya, demi cinta,namun kini yang ia dapat hanya sembilu, yang langsung menancap tajam dalam kalbunya, dan itu karenamu sayang.

Ketika sang anak bertanya, " mengapa ibu menangis ?", sang ibu hanya menjawab lirih " maafkan bunda sayang, karen bunda belum bisa menjadi ibu yang baik ", sambil menyeka air mata, yang tak bisa berhenti mengalir di pipi.

Memori, 5 Februari 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline