Lihat ke Halaman Asli

Khoirul Taqwim

Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Puisiku Kau Bunuh Berkali-kali

Diperbarui: 15 Juni 2023   06:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri


Saat jemariku mengetuk kata dan aksara
Aku selalu teringat wajahmu
Engkau wanita begitu berarti dalam hidupku
Namun saat aku menulis puisi
Bahasa dan kata-kataku
Selalu kau bunuh
Karena bayangan wajahmu
Tak dapat hilang di dalam jiwa bahasa dan aksara ku
Sungguh aku mati bersama puisi
Karena puisiku selalu kau bunuh dengan bayanganmu
Hingga setiap ketukan nafasku
Puisiku selalu ada wajahmu

Pergilah!
Jangan kau datang dengan membawa pisau dan belati
Seolah-olah engkau menertawakan
Segala aksara dan kata yang hadir di jiwaku
Engkau menertawakan ku
Sembari menghujam puisiku berkali-kali
Aku tak berdaya
Bahasa puisiku telah kau kuasai
Aku mati bersama sajak dan puisi
Karena sajak dan puisiku
Telah kau bunuh berkali-kali
Tanpa ada rasa ampunan
Apalagi welas asih

Biarkan!
Puisiku terbang bersama sayap-sayap burung gagak
Namun sebelum puisiku terbang
Sayap puisiku sudah kau patahkan
Dengan senyum sinis mu
Aku menyerah dan ingin berlari
Agar wajahmu tak menyerang ku bertubi-tubi
Aku tersungkur
Bersama sajak dan puisi
Bersama kata dan aksara
Hingga kau begitu merasuki nalarku
Sampai puisiku tak dapat berpisah dari wajahmu

Puisiku kau bunuh berkali-kali
Walaupun aku sudah menyerah
Tetap saja kau serang di setiap bait yang kutulis
Wajahmu selalu hadir menggores luka
Sampai aku tak dapat menyusun kata secara merdeka
Karena kata dan aksara
Telah kau kuasai
Lewat wajahmu yang selalu hadir dalam hidupku
Hingga aku tersungkur bersama sajak dan puisi
Sampai aku mati berkali-kali
Aku mati tanpa ampunan
Puisiku kau hancurkan dengan wajahmu
Karena wajahmu begitu teramat cantik
Hingga menguasai seluruh bait puisiku
Aku sudah tak sanggup bertahan
Sampai jemariku mati bersama kata dan aksara
Wajahmu begitu sempurna menguasai ku
Aku mati berkali-kali
Karena puisiku telah kau bunuh
Sampai detakan nafas dan jantung ku
Sudah tak bersuara lagi
Lumpuh segala kata dan aksara ku
Kau begitu kuat menyerang ku

Aku mundur
Aku mundur
Aku mundur dari perjuangan yang tanpa ujung
Aku mundur tanpa bersuara kata dan aksara




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline