Lihat ke Halaman Asli

Khoirul Taqwim

Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Musim Kemarau yang Berdebu

Diperbarui: 4 Juni 2023   13:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Musim kemarau yang berdebu telah tiba
Bunga anggrek, sudah menjadi layu
Sementara aku masih berbaring di tanah-tanah yang kering
Sembari aku menghamburkan air mata duka
Gersang tanah yang dulu subur
Kini mulai menampakkan tanah yang kering kerontang
Berhamburan debu di udara
Menusuk rongga hingga sulit bernafas
 
Kemarau yang berdebu telah tiba
Tanpa ada suara hujan dari awan
Nampak bunga mawar sudah tak berbunga lagi
Rumput sudah lenyap dan sirna
Sementara aku masih berbaring di tanah yang kering
Sembari menghayati alam
yang mulai tak bersahabat dengan kehidupan

Musim kemarau yang berdebu
Awan dan udara senyap
Air sudah mulai menghilang
Panas terik matahari
Menyinari dengan panas yang bertubi-tubi
Kulihat matamu masih seperti dahulu
Mengucurkan air mata di atas awan
Menuju penjara di hati dan jiwamu

Musim kemarau yang berdebu
Ujian yang membutuhkan ribuan kesabaran
Kepala menengadahkan langit
Menunggu sisa-sisa rahmat dan keberkahan
Menunggu air hujan datang
Seperti dedaunan berguguran
Mengisyaratkan alam sedang meminta titah dari Tuhan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline