Ku sruput kopi panas
Bersama deras aliran sungai
Ku lihat janda sedang sibuk meracik kopi
Dia punya anak tiga
dan dia ditinggal suami yang berkhianat
Dia berpacu dengan keringat menjual kopi panas
Tuk menyambung hidup ketiga anak yang di cintainya
Melihat keringat kopi janda
Sajian kopi yang lezat
Namun dibalik kelezatan kopi
Terdapat suara jeritan janda
Karena dia yang seharusnya
Tidak sendirian mencari nafkah
Namun ekonomi keluarga ada di pundaknya
Dia dengan keringat yang tangguh
Ikhlas bekerja sebagai penjual kopi
Karena suami pergi meninggalkan dia dan anak-anaknya
Karena suami si janda lebih memilih wanita lain
Sungguh tragis keadaan si janda dengan tiga anak yang masih kecil-kecil anaknya
Keringat kopi janda
Dia adalah janda yang tidak pernah menyerah
Dia terus bekerja berpacu waktu
Tuk menghidupi anak-anaknya
Karena takdir tak dapat di tolak
Sepahit apapun hidup dalam bernafas
Tetap saja hidup harus tetap berjalan
Menembus waktu yang terus berputar
Keringat kopi janda
Hidup yang pahit
Tak semanis kopi yang dibuatnya
Namun apa di kata
Takdir berkata lain
Karena dalam hati kecilnya
Dia janda ingin hidup penuh bahagia dengan keluarga
Namun di tengah jalan keluarga harus berantakan
Karena penghianatan cinta suci oleh suaminya
Padahal dia tumpuan hidup sebagai suami
Namun dia lari dengan wanita lain
Sungguh tragis kehidupan keringat kopi janda
Keringat kopi janda
Memenuhi kehidupan yang lebih baik
Tuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya
Bekerja pantang menyerah
Tuk masa depan ketiga anak yang disayanginya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H