Ketika masyarakat bicara tentang hantu genderwo seolah-olah pikiran di ajak melayang berhalunisasi. Kalau menurut Sigmud Frued hantu itu hanya sebatas alam bawah sadar yang berupaya ditafsirkan dari sebuah pengalaman di alam bawah sadar, tetapi berbeda dengan C.G. Jung bahwa hantu itu sebuah pengaman empirik. Sehingga C. G. Jung lebih memilih istilah hantu di banding dengan istilah alam bawah sadar. Dari sinilah pemahaman yang berbeda antara Sigmund Frued dengan C. G. Jung menjadi perbincangan para akademisi yang saling berupaya menemukan istilah yang tepat untuk kata hantu.
Terlepas dari pendapat itu semua, bahwa keberadaan ruh halus atau hantu Genderwo sudah menjadi fenomena masyarakat luas di nusantara, bahwa masyarakat luas nusantara sebagian ada yang menganggap hantu genderwo hanya sebatas dongeng dan ilusi, tetapi sebagian ada yang menganggap bahwa hantu genderwo itu bagian dari ruh halus.
Hantu genderwo dianggap makhluk halus tumbuh kembang di zaman animisme dan dinamisme, tetapi sejak paham monotheisme masuk di wilayah nusantara menganggap keberadaan hantu dengan bentuk yang menyeramkan, padahal zaman dahulu di era animisme dan dinamisme masyarakat tidak sedikit percaya bahwa ruh halus itu ada yang baik dan ada yang buruk, bahkan ada ruh halus yang dianggap netral.
Perkembangan zaman hantu genderwo mulai tergerus oleh cara pandang modern dan liberal, maka tak jarang hantu gendewo hanya sebatas menjadi sebuah cerita horor samata.
Hantu genderwo di nusantara akan terus menjadi arus perbincangan antara nalar dan hati, lalu yang menjadi pertanyaan fenomena hantu genderwo akankah pudar di masa modern dan liberal yang mulai masuk cara pandang di tengah-tengah kehidupan masyarakat? Semua fenomena akan terus mengalami evolusi, begitu juga hantu akan berevolusi pemahaman sesuai zaman dalam menerjemahkan ruh halus antara alam bawah sadar dengan alam kesadaran terus berupaya menemukan titik temu bahasa yang tepat dikhalayak masyarakat luas dan zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H