Lihat ke Halaman Asli

Khoirul Taqwim

Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Melukis Nafas Terakhir

Diperbarui: 30 Oktober 2022   23:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Pengasingan dan jeruji besi
Menunggu sampai nafas terakhir
Kemudian engkau akan menangkap ku
Menjebloskanku dalam kubangan hitam
Hingga aku tak mampu bernafas
Karena nafas terakhir sudah kau rampas
Bersama kemerdekaan yang telah sirna di telan keserakahan

Sebelum nafas terakhirku
Engkau rampas bersama jeruji besi
Izinkan aku melukis nafas terakhir
Sebelum nafas terakhirku
Engkau rampas bersama hukum yang tajam kebawah dan tumpul keatas

Nafasku sudah mulai menyengal
Udara sudah mulai hilang dari nafasku
Akankah nafas terakhir dapat kulukis
Bersama luka yang menganga di dalam jiwa atma

Melukis nafas terakhir
Sebelum engkau sayat tubuhku
Dengan pisau yang terselip di tanganmu
Aku akan melukis nafas terakhir
Bersama aura yang penuh dengan aroma Kematian
Jika aku mampu melukis nafas terakhirku
Biar ceritaku dilihat anak cucu negeri kelak
Tentang kematian jiwa yang dianggap dusta

Ambil nafas terakhirku
Kan kulukis nafas terakhir
Bersama luka di jeruji besi
Engkau selipkan pisau di dadaku
Aku mengucapkan
Selamat tinggal kematian
Aku akan menuju singgasana yang dijanjikan Ilahi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline